Pengertian EBITDA
Seorang investor saham sebaiknya mampu melakukan analisis fundamental. Pada praktiknya ada berbagai indikator finansial yang bisa digunakan pada analisis ini. Salah satu indikator yang umum digunakan adalah EBITDA.
EBITDA (Earning Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) adalah sebuah indikator yang memberikan gambaran pendapatan perusahaan sebelum dikurangi bunga, pajak, depresiasi dan amortisasi. Dengan kata lain, EBITDA merupakan alternatif untuk mengukur pendapatan atau laba bersih suatu perusahaan.
EBITDA terdiri dari beberapa elemen yang nantinya digunakan dalam perhitungan. Oleh karena itu, mari kita pahami elemen pembentuk EBITDA.
- Earnings (penghasilan)
Elemen pertama yang membentuk EBITDA adalah earnings atau penghasilan. Penghasilan ini terdiri dari hasil penjualan, hasil investasi dan berbagai sumber pemasukan lainnya.
- Interest (bunga)
Ketika perusahaan meminjam uang dari lembaga keuangan atau mengeluarkan surat hutang maka perusahaan wajib membayarnya sesuai jatuh tempo. Pembayaran hutang inilah yang disebut sebagai bunga pinjaman.
Bunga ini berhubungan dengan elemen selanjutnya yaitu pajak. Ketika perusahaan membayarkan bunga maka pendapatan bersihnya menjadi berkurang sehingga pajak yang harus dibayarkan pun berkurang.
- Tax (pajak)
Pajak adalah sejumlah biaya yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemerintah atau negara. Ada berbagai jenis pajak yang dibayarkah oleh perusahaan seperti pajak penghasilan (PPh), pajak bumi bangunan (PBB) dan pajak pertambahan nilai (PPN).
- Depreciation (depresiasi)
Depresiasi adalah biaya yang dikeluarkan untuk mengantisipasi penyusutan nilai dari sebuah aset. Contohnya adalah aset laptop yang memiliki umur pakai 3 tahun, maka penyusutan nilai ekonomi laptop ini disebut sebagai depresiasi.
- Amortization (amortisasi)
Amortisasi hampir sama seperti depresiasi yaitu biaya yang dikeluarkan sebagai akibat dari penurunan nilai sebuah aset. Namun amortisasi identik dengan aset yang memiliki umur ekonomi yang panjang seperti hak paten.
Rumus EBITDA
Sesuai dengan pengertiannya maka perhitungan EBITDA melibatkan lima elemen yang sudah disebutkan di atas. Berikut rumus EBITDA.
EBITDA = laba bersih + bunga + pajak + depresiasi + amortisasi
Namun, kita bisa menyederhanakan rumusnya dengan menggunakan laba operasional. Laba operasional terdiri dari laba bersih, bunga dan pajak sehingga rumusnya menjadi
EBITDA = laba operasional + beban depresiasi + biaya amortisasi
Untuk lebih memahami, mari simak contoh berikut. PT Minuman Segar memiliki laba operasional sebesar Rp 300.000.000. Sementara beban depresiasi dan biaya amortisasi masing-masing sebesar Rp 40.000.000 dan Rp 20.000.000. Maka EBITDA nya adalah sebagai berikut.
EBITDA = laba operasional + beban depresiasi + biaya amortisasi
EBITDA = Rp 300.000.000 + Rp 40.000.000 + Rp 20.000.000 = Rp 360.000.000
Fungsi EBITDA
EBITDA digunakan untuk menganalisis fundamental perusahaan seperti :
- Menganalisis profitabilitas beberapa perusahaan pada sektor industri yang sama dengan cara mengeliminasi pendanaan dan modal
- Membandingkan keuntungan dari beberapa perusahaan
- Membandingkan pendapatan dari sebuah perusahaan dalam rasio valuasi
EBITDA sebagai sebuah indikator tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Berikut kelebihan EBITDA.
- EBITDA adalah indikator keuangan yang tidak sesuai dengan standar GAAP. Hal ini mengindikasikan bahwa perhitungan ini tidak terikat peraturan. Perusahaan jadi lebih leluasa dalam menampilkan indikator ini supaya bisa terlihat menarik bagi investor.
- Laba perusahaan yang sebelumnya terlihat kurang menarik, bisa terlihat lebih menarik dengan EBITDA karena pendapatannya belum dikurangi oleh bunga, pajak dan beban lainnya.
Meskipun EBITDA memberikan manfaat bagi perusahaan, namun ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan.
- EBITDA mengabaikan perubahan modal kerja dalam perusahaan yang berpotensi memberikan bobot lebih pada arus kas dalam suatu periode.
- EBITDA tidak sensitif terhadap tagihan perusahaan seperti tagihan pajak dan pembayaran bunga. Hal ini berpengaruh pada struktur modal yang pada akhirnya berpengaruh pada keuntungan perusahaan.
Kesimpulan
EBITDA tidak mencerminkan likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, investor kawakan Warren Buffet pesimis terhadap indikator ini karena dianggap menyesatkan. Namun apabila laba bersih perusahaan dianggap kurang menarik untuk ditampilkan, maka EBITDA bisa menjadi salah satu opsi bagi perusahaan.
EBITDA pada umumnya sering digunakan oleh perusahaan dengan tipe padat modal seperti perusahaan di bidang konstruksi. Menampilkan EBITDA pada perusahaan sektor ini terlihat lebih menarik karena nilai depresiasi yang berpengaruh besar terhadap laba bersih bisa diabaikan.