Saham kode BUKA milik Bukalapak adalah saham yang paling ditunggu-tunggu tahun ini. Sebab, Bukalapak adalah salah satu pioner perusahaan e-commerce di Indonesia. Bukalapak mulai initial public offering (IPO) pada tanggal 6 Agustus 2021 lalu dengan menjual 25,7 miliar lembar sahamnya ke publik.
Didirikan pada tahun 2010 di Bandung, perusahaan ini berhasil mendapat status unicorn, setelah nilai valuasi perusahaannya mencapai 1 miliar USD atau 14 triliun rupiah pada tahun 2017. Menurut prospektus yang dirilis bersamaan dengan IPO, perusahaan ini menguasai lebih dari 14% pangsa pasar e-commerce di Indonesia.
Tak ayal, saham yang baru dirilis di bursa ini menjadi saham incaran investor pada tahun 2021. Namun, sebelum memutuskan untuk berinvestasi pada perusahaan yang didirikan oleh Ahmad Zaky dkk ini, ada baiknya Anda mengetahui fakta-fakta saham BUKA berikut ini.
1. Perusahaan Teknologi Pertama yang Listing di Bursa
Dalam beberapa tahun terakhir ini, pemerintah Indonesia banyak mendorong perusahaan-perusahaan startup teknologi untuk rilis di bursa. Bukalapak disebut-sebut menjadi perusahaan startup pertama yang merilis sahamnya di bursa.
Perusahaan ini didirikan oleh Ahmad Zaky dkk pada tahun 2010 ketika mereka masih menempuh pendidikan di ITB bandung. Awalnya perusahaan ini hanya bermodalkan 80.000 rupiah sebelum akhirnya mendapatkan pendanaan dan gelar sebagai perusahaan unicorn.
2. IPO Terbesar di Indonesia
Dari hasil merilis sahamnya di bursa, Bukalapak berhasil mendapatkan dana segar sebesar 21,9 triliun rupiah. Padahal pada awal dirilis, harga saham perusahaan ini hanya sebesar 850 rupiah per lembar saham. Nilai IPO ini digadang-gadang menjadi nilai IPO terbesar di Indonesia melebihi PT Adaro Energy Tbk (ADRO) yang sebelumnya memegang gelar ini. PT Adaro Energy Tbk merupakan salah satu perusahaan milik Sandiaga Uno.
3. Menjadi Perusahaan dengan Nilai Kapitalisasi Pasar Besar
Dengan jumlah saham yang dirilis lebih dari 25 miliar lembar dan harga masing-masing saham berada pada kisaran 750 rupiah hingga 850 rupiah, nilai kapitalisasi pasar perusahaan ini naik sebanyak 77,3 triliun sampai 87,6 triliun.
Hal ini membuat Bukalapak berhasil menjadi salah satu perusahaan dengan nilai kapitalisasi pasar besar di Indonesia. Sebab, itu artinya nilai keseluruhan kapitalisasi pasar perusahaan ini mencapai 109,25 triliun.
4. Bukalapak akan Menggunakan Dana Hasil IPO untuk Mengembangkan Usaha
Dalam rincian penggunaan dana hasil IPO yang tercantum di prospektus perusahaan, Bukalapak berencana untuk menggunakan dana hasil IPO ini untuk mengembangkan bisnis perusahaan.
Sebanyak 66% dari dana tersebut akan dipakai untuk modal kerja dan sisanya akan dipakai untuk modal operasi anak perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan ini ingin terus berkembang dan memiliki potensi yang bisa menarik investor.
5. Sempat Oversubscribed
Tingginya animo masyarakat terhadap saham Bukalapak membuat saham perusahaan ini sempat kebanyakan peminat (oversubscribed) hingga 6 milyar USD. Hal ini pula yang membuat harga saham perusahaan ini sempat meroket hingga lebih dari 1000 rupiah per lembar pada tiga haru pertama IPO dan membuat perusahaan ini menjadi perusahaan dengan nilai IPO terbesar di Indonesia.
6. Masih Merugi dan Harga Saham Turun
Terlepas dari beberapa pencapaian tersebut, Bukalapak masih mengalami kerugian sebesar 1,34 triliun rupiah pada tahun 2020. Jumlah ini menurun sekitar 50% daripada tahun 2019 lalu. Ketika itu, Bukalapak sempat merugi hingga 2,79 triliun rupiah.
Namun, umumnya perusahaan startup memang akan mengalami kerugian dalam beberapa tahun awal. Perusahaan ini umumnya hanya mengandalkan pendanaan dari investor untuk mengembangkan bisnisnya alih-alih menggunakan keuntungan perusahaan untuk mengembangkan bisnis.
Selain merugi, harga saham perusahaan ini juga terus menerus mengalami penurunan sejak dirilis pada 6 Agustus 2021 lalu. Hingga 11 hari pasca IPO, harga saham yang sempat menembus harga 1.110 per lembar ini menurun hingga 890 rupiah per lembar.
Akan tetapi, hal ini bukan menjadi alasan saham BUKA memiliki prospek buruk. Menurut Direktur Ekuator Swarna Investasma, Hans Kwee sebagaimana diberitakan oleh CNBC, kemungkinan besar penyebab harga saham Bukalapak sempat naik adalah banyak investor yang memanfaatkan momen IPO untuk mendapatkan keuntungan jangka pendek.
Jadi, ketika keuntungan telah dicapai, mereka menjual kembali saham tersebut dan mengakibatkan harga saham BUKA anjlok selama 4 hari terakhir. Adapun hal ini tidak mempengaruhi prospek kinerja perusahaan secara keseluruhan. Masih menurut Hans, diperkirakan perkembangan industri e-commerce di Indonesia masih akan positif dalam beberapa tahun ke depan.