Initial public offering (IPO) adalah aktivitas bisnis berupa penawaran saham perusahaan atau emiten kepada masyarakat luas. Perusahaan indonesia bisa melakukan IPO di dalam negeri melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) ataupun di luar negeri.
Banyak perusahaan yang berharap untuk bisa melantai di Wall Street, termasuk perusahaan dari Indonesia. Beberapa unicorn seperti Traveloka, GoTo, Bukalapak, J&T Express dan Tiket.com pun berencana untuk melantai di bursa tersebut.
Kelebihan Melantai di Wall Street
Perusahaan-perusahaan tersebut akan mendapatkan beberapa kelebihan atau keuntungan jika berhasil melantai di Wall Street, seperti:
- Meningkatkan citra (image) perusahaan
Wall Street adalah salah satu bursa yang sangat berpengaruh terhadap kondisi ekonomi global. Hal ini membuat Wall Street mendapat banyak sorotan dari media. Exposure yang tinggi ini bisa dimanfaatkan oleh emiten untuk membangun citra (image) perusahaan.
Image yang baik akan meningkatkan reputasi perusahaan. Perusahaan dengan reputasi yang baik tentu akan lebih mudah untuk melakukan ekspansi dan kerja sama bisnis dalam skala global.
- Prospek pendanaan publik
Kapitalisasi pasar bursa dengan nama lain New York Stock Exchange (NYSE) ini adalah US$ 26,9 triliun. Jauh lebih besar daripada kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) sebesar US$ 479,1 miliar.
Selain itu volume perdagangannya pun terbilang jumbo yaitu 1,1 miliar transaksi per hari. Sementara perdagangan di BEI hanya 1 juta perdagangan per hari nya. Kapitalisasi pasar dan volume transaksi yang besar membuat NYSE memiliki prospek pendanaan publik yang lebih baik daripada BEI.
Kekurangan Melantai di Wall Street
Meskipun begitu, melantai di Wall Street tetap memiliki beberapa kekurangan seperti:
- Biaya pajak yang tinggi
Seluruh transaksi di bursa saham akan dikenakan pajak. Meski begitu, setiap bursa memiliki aturan masing-masing mengenai besaran pajak yang dikenakan. Bursa Efek Indonesia hanya mengenakan pajak sekitar 1% untuk setiap transaksi. Sementara Wall Street mengenakan pajak jauh lebih tinggi yaitu sebesar 30%.
- Potensi mengurangi hubungan baik dengan pemerintah
Melantai di Wall Street artinya pendanaan asing akan masuk ke dalam perusahaan indonesia. Padahal pemerintah berharap perusahaan indonesia untuk melantai di BEI demi kemajuan ekonomi indonesia. Oleh karena itu, aksi korporasi ini berpotensi mengurangi hubungan baik antara perusahaan dengan pemerintah.
Perusahaan Indonesia yang Melantai di Wall Street
Terlepas dari segala kelebihan dan kekurangannya. Ada dua perusahaan indonesia yang melantai di Wall Street yaitu PT Telekomunikasi Indonesia dan Indonesia Energy Corporation.
PT Telekomunikasi Indonesia
Perusahaan yang bergerak di bidang telekomunikasi ini melakukan dual listing di NYSE dan BEI pada 14 November 1995. Kala itu perusahaan menawarkan 933,33 juta lembar saham baru Seri B dan 233,33 juta saham Seri B milik pemerintah kepada masyarakat melalui initial public offering (IPO) di BEI.
Perusahaan juga menawarkan 700 juta saham seri B milik pemerintah di NYSE dan London Stock Exchange (LSE) dalam bentuk American Depository Shares (ADS). Terdapat 35.000 ADS dengan masing-masing ADS mewakili 20 saham seri B.
Perjalanan perusahaan ini di Wall Street tidak berjalan mulus. Pada 2003, Menteri Badan Usaha Milik Negara Laksamana Sukardi mengkaji kelanjutan Telkom untuk tetap melantai di NYSE. Laksamana mempertanyakan apakah keuntungan yang didapatkan lebih besar daripada biaya yang dikeluarkan.
Setelah melalui berbagai pertimbangan, akhirnya pemerintah melalui Menteri BUMN memutuskan untuk tetap mempertahankan Telkom di NYSE. Tidak seperti Indosat yang delisting dari NYSE pada 2013.
Indonesia Energy Corporation
25 tahun setelah Telkom melantai di NYSE, giliran Indonesia Energy Corporation melantai di bursa tersebut. Perusahaan ini adalah perusahaan Indonesia di bidang sektor minyak dan gas bumi pertama yang melantai di Wall Street.
Proses yang cukup lama yaitu sekitar satu tahun akhirnya terbayarkan ketika pemukulan lonceng oleh CEO Indonesia Energy Corporation (IEC) Dr. Wirawan Jusuf. Prosesi ini sekaligus penanda peresmian penawaran saham tersebut kepada publik melalui initial public offering (IPO).
Peresmian saham dengan kode INDO ini mendapatkan sambutan dari para pelaku pasar di negeri Paman Sam. Bendera Merah Putih dikibarkan berdampingan dengan bendera Amerika di depan gedung bursa. Hal ini menunjukkan antusiasme pasar terhadap IPO ini.
Perusahaan ini merupakan perusahaan Indonesia pertama yang melakukan direct listing di NYSE. Konsulat Jenderal Republik Indonesia untuk New York Arifi Saiman berharap bahwa IPO ini bisa mendorong perusahaan Indonesia lainnya untuk melakukan listing di NYSE.