Seperti diketahui, bisnis startup kini mulai diminati masyarakat Indonesia. Bisnis ini menarik, karena harus dijalankan dengan ide dan inovasi. Tanpa kedua hal itu, startup tidak akan berkembang dengan baik.
Namun, ada satu hal lagi yang tidak boleh dilupakan dalam mengembangkan startup, yakni pendanaan. Ya, ide dan inovasi saja tidak cukup untuk dijadikan modal dalam menjalankan startup, melainkan juga membutuhkan uang yang tidaklah sedikit.
Mendirikan startup pasti membutuhkan modal awal untuk membeli segala peralatan dan perlengkapan yang dibutuhkan, seperti hardware dan software serta menggaji sejumlah pekerja. Modal awal ini, pada umumnya berasal dari kantong sendiri atau dikenal sebagai bootstrapping.
Bootstrapping adalah dana yang didapatkan melalui tabungan sendiri. Selain itu, pendanaan awal ini juga bisa didapatkan melalui patungan dari sejumlah rekan yang ikut bergabung dalam mendirikan dan mengembangkan startup.
Bootstrapping adalah pendanaan awal yang paling umum dilakukan oleh perintis startup. Namun, dana awal yang sangat banyak, acap kali menyulitkan pendiri untuk memulai bisnis startup. Sehingga, pendiri perlu mengumpulkan uang untuk modal startup dalam waktu tidak sebentar.
Sebenarnya, selain bootstrapping, ada dua cara lain yang bisa dilakukan dalam memulai bisnis startup:
- Pertama, melalui investor pitching. Namun, pendanaan melalui investor pitching sangat sulit didapatkan karena kebanyakan investor tidak akan menyuntikkan dananya sebelum startup itu berdiri, bukan hanya sekadar ide dan konsep.
- Kedua, melalui crowdfounding atau penggalangan dana. Biasanya, penggalangan dana dilakukan secara online dengan memaparkan ide dan konsep startup yang hendak Anda jalankan.
Namun, sekali lagi, pendanaan awal melalui bootstrapping paling direkomendasikan daripada dua cara lain tersebut. Apalagi melalui penggalangan dana yang terdengar cukup abu-abu.
Setelah startup Anda berjalan, saatnya Anda ‘beraksi’ untuk mencari pendanaan dari pihak eksternal atau investor. Modal tambahan dari investor sangat dibutuhkan dalam mengembangkan startup, karena modal dari diri sendiri pada umumnya tidak mencukupi.
Bahkan tidak sedikit para perintis yang gagal dalam menjalankan startup-nya, karena kehabisan uang dan tidak melanjutkannya dengan mencari investor. Berikut ini beberapa tahapan pendanaan strartup oleh investor:
1. Seed Capital
Seperti namanya, seed capital merupakan pendanaan yang paling kecil dalam mengembangkan startup. Pada tahap ini, startup biasanya masih melakukan riset potensi produk berikut pasarnya. Adapun besaran dana pada tahap seed capital berkisar Rp 500 juta hingga Rp 2,5 miliar.
Pada fase pendanaan yang kecil ini, pendiri startup bisa menjadikan orang-orang terdekat (misalnya keluarga) dan venture capital yang berfokus pada pendanaan awal sebagai sumber seed capital.
2. Angel Investor
Pada tahap ini, startup mulai dilirik oleh pihak luar, karena mulai memasarkan produknya secara luas, mendapatkan masukan dari pengguna produk dan memperbaiki produk tersebut agar lebih diminati serta menjangkau pengguna yang lebih banyak.
Pihak luar yang dimaksud adalah angel investor yang sebelumnya tidak dikenal oleh pendiri startup. Dengan mengetahui potensi dan prospek yang gemilang, angel investor akan menyuntikkan dana pada startup Anda. Oleh karena itu, mereka akan datang sendiri tanpa harus melalui proses pitching.
Pendiri biasanya mendapatkan angel investor paling cepat dalam waktu enam bulan sejak bisnis startup dijalankan dengan konsisten, sehingga terlihat perkembangannya.
3. Seri A atau Venture Capital
Lebih berkembang lagi, pada tahap ini, startup sudah memiliki pengguna produk yang sangat besar. Pendiri akan terus melakukan terobosan dan inovasi dalam mengembangkan startup-nya hingga menembus wilayah lain.
Pada tahap ini pula, pendiri sudah menemukan ciri khas model bisnisnya dan akan mempertahankan ciri khas itu saat mengepakkan sayapnya. Adapun penyuntik dananya adalah venture capitalist, yakni investor besar yang berada di bawah naungan perusahaan atau korporasi. Sehingga, dana suntikan yang diterima pendiri startup bisa mencapai Rp 10 miliar hingga Rp 33 miliar.
Dana suntikan bahkan bisa melebihi Rp 33 miliar jika startup terindikasi memiliki prospek yang menakjubkan.
4. Seri B atau Bridge Loans
Memang hanya sedikit perusahaan startup yang mencapai tahap Seri B. Namun, tahap ini pada umumnya dicapai startup saat sudah berusia 2 hingga 4 tahun. Adapun ciri-cirinya meliputi startup sudah memiliki basis pengguna yang potensial dan tingkatan perusahaan startup pun sudah meningkat.
Pendanaan Seri B berkisar Rp 22 miliar hingga Rp 80 miliar. Pendanaan tersebut digunakan untuk kepentingan ekspansi pasar secara besar-besaran, menjangkau pengguna potensial yang lebih banyak dan memaksimalkan model bisnis startup.
5. Initial Public Offering (IPO)
Initial Public Offering atau IPO merupakan tahapan pendanaan startup yang terakhir. Pada tahap ini, startup yang semakin berkembang terus mengepakkan sayapnya dengan menjual saham di bursa saham secara terbuka.
IPO sendiri merupakan proses jual saham untuk pertama kalinya kepada publik. Proses menuju tahap ini membutuhkan waktu yang tidak sebentar, yakni 5-10 tahun serta melewati berbagai mekanisme yang rumit.
Namun, setelah mencapai tahap IPO, startup sudah siap mengembangkan bisnis yang lebih besar lagi, dan bagi pendiri saatnya untuk menunggu hasil usaha yang susah payah dijalankannya itu.
Itulah tahapan pendanaan startup yang awalnya berasal tabungan sendiri hingga membutuhkan suntikan dana dari investor. Jika startup sudah mencapai tahap IPO, jangan lupa untuk menerbitkan laporan keuangan secara berkala.