Nama Lo Kheng Hong pastinya sudah tak asing lagi di telinga para investor. Perjalanan investasi saham yang ia geluti sejak usia 30 tahun, telah memberinya keuntungan yang besar hingga ia dinobatkan sebagai orang terkaya nomor tiga di dunia. Akibat kelihaian dan kepandaiannya dalam berinvestasi, investor senior ini mendapat julukan Warren Buffetnya Indonesia.
Lo Kheng Hong (LKH) dikenal sebagai investor saham yang berpegang pada strategi value investing. Strategi ini pernah ia terapkan saat terjadi krisis finansial tahun 1998. Ketika kondisi pasar bergejolak tinggi dan cenderung turun, LKH tetap tenang menghadapi situasi tersebut. Ia pun memanfaatkan momentum tersebut dengan membeli saham yang harganya turun drastis. Enam tahun kemudian, saham tersebut ia jual dan berhasil memperoleh keuntungan sekitar 90 miliar.
Kesuksesan LKH dalam berinvestasi pasti mengundang rasa penasaran para investor. Maka dari itu, Yuk kita intip tips berinvestasi ala Lo Kheng Hong!
1. Siapkan Dana Investasi
Sebelum memulai investasi seperti LKH, pastinya kita perlu menyiapkan dana khusus yang memang dialokasikan untuk investasi. Beberapa orang menyebutnya sebagai “uang dingin” alias uang yang penggunaannya tidak dibutuhkan dalam waktu dekat atau untuk keperluan mendesak.
LKH menyarankan agar dana yang digunakan untuk investasi merupakan dana pribadi, bukan dana hasil pinjam dari orang lain, apalagi hutang ke bank yang memiliki bunga tinggi. Meminjam dana untuk investasi saham hanya akan merugikan diri sendiri.
Terkadang beberapa orang masih berpikiran bahwa investasi saham butuh modal besar. Padahal, dengan modal Rp100.000,- saat ini sudah bisa mulai berinvestasi saham. Jangan hanya tergoda untung besar, selalu ingat bahwa prinsip investasi adalah high risk high return. Jika kamu masih pemula, investasilah sesuai dengan kemampuan finansialmu.
2. Laporan Keuangan adalah Kunci
LKH selalu menggarisbawahi para investor untuk memilih perusahaan yang baik dan mengenali rekam jejak perusahaan. Prospek perusahaan dapat tercermin dari penilaian rekam jejaknya.
Salah satu cara untuk menilai dan mengukur rekam jejak perusahaan ialah dengan membaca laporan keuangan dan laporan tahunan /annual report yang biasanya dipublish di website IDX (Indonesia Stock Exchange).
Hal ini agar kita benar-benar yakin bahwa saham yang kita beli merupakan saham yang dapat memberikan keuntungan di masa yang akan datang. Dapat dikatakan bahwa laporan keuangan dan laporan tahunan/annual report adalah santapan wajib bagi para investor.
3. Beli Saham yang Undervalue
Setiap pembeli pasti ingin mendapatkan barang bagus dengan harga rendah. Begitupun dengan investor saham, ketika membeli saham, pasti ingin dapat barang (saham) bagus dengan harga (nilai) yang rendah. Kategori saham inilah yang disebut saham undervalue yang sering menjadi incaran para value investor.
Saham undervalue adalah saham yang memiliki nilai valuasi rendah bukan saham yang semata-mata memiliki harga rendah alias murah. Sebuah quotes mengatakan: “Price Is What You See, Value Is What You Get”. Nilai tidak dicerminkan oleh harga dan terkadang harga tidak mencerminkan nilai. Harga saham Rp500,- belum tentu bernilai murah dibanding saham Rp700,-.
Lalu bagaimana cara menilai valuasi saham? Dua indikator yang sering digunakan para investor ialah EPS (Earning per Share) dan PER (Price Earning Ratio).
EPS merupakan jumlah laba per lembar saham. Cara mengetahui EPS:
EPS = | Laba total : Jumlah saham yang beredar |
Sedangkan PER adalah laba per harga saham. Cara menghitung angka PER:
PER = | Harga saham : Laba per saham |
Tips mendapatkan saham undervalue adalah dengan memilih EPS yang selalu tumbuh dan nilai PER yang kecil dibanding perusahaan kompetitornya.
4. Cari Tahu Laba Perusahaan
Membeli saham sebuah perusahaan sama seperti ikut menanamkan modal di perusahaan tersebut. Jika perusahaan untung, kita sebagai penanam modal pasti ikut mendapatkan untung. Begitupun sebaliknya.
Dengan demikian, kita perlu mencermati seberapa besar laba perusahaan sebelum kita membeli perusahaan tersebut. Indikator yang dapat mencerminkan laba bersih perusahaan adalah ROE (Return of Equity). Beberapa analis saham merekomendasikan untuk memilih perusahaan dengan nilai ROE minimal 10%.
5. Hindari Perusahaan Berhutang Tinggi
Hutang memang tak selamanya buruk. Namun, bagi LKH, penganut value investing, menyarankan agar menghindari perusahaan yang memiliki beban hutang tinggi. Adanya hutang yang besar membuat perusahaan harus mengeluarkan porsi laba/keuntungannya untuk membayar hutang.
Selain itu, jika hutang terlalu tinggi, ada peluang gagal bayar. Saham ideal menurut LKH adalah perusahaan dengan hutang kecil dan kas melimpah.
6. Pilih Sektor yang Menguntungkan
Bukan hal yang tidak mungkin, jenis sektor perusahaan yang kita pilih bisa memengaruhi hasil investasi kita di masa yang akan datang. Oleh karena itu, LKH turut menyoroti pemilihan sektor perusahaan yang layak diinvestasikan, sebagai berikut:
- Pilihlah perusahaan yang tidak bergantung pada teknologi. Sebab, perusahaan jenis ini tidak memerlukan biaya maintenance yang tinggi.
- Pilihlah perusahaan yang bidang usahanya bagus dan produknya digunakan banyak orang.
- Hindari perusahaan yang memiliki rasio hutang tinggi, seperti bidang kontruksi.
7. Jangan Beli Karena Ikut-ikutan
Pilih saham berdasar hasil analisa sendiri. Bukan hasil ikut-ikutan influencer, sekedar gosip, atau kabar burung. Banyaklah membaca sebelum membeli saham. LKH berpesan, jika ingin membeli saham, belilah saham yang perusahaannya kamu kenali.
“Jangan pernah membeli kucing dalam karung, tuhan maha pengampun tapi bursa tidak kenal belas kasihan, tidak kenal ampun pada apa yang telah dibeli” Ujar LKH dalam suatu forum.
Informasi mengenai perusahaan dapat diakses melalui surat kabar, koran, majalah, maupun situs berita yang reliabel. LKH sangat khawatir kepada masyarakat awam yang membeli saham hanya karena ikut-ikutan atau ajakan influencer.
Itulah beberapa tips investasi saham ala Lo Kheng Hong yang bisa kamu cermati dan dapat kamu terapkan dalam perjalanan investasimu. Semoga bisa cuan maksimal ya!