Pengertian Underlying Asset
Underlying asset adalah objek (baik berwujud ataupun tidak berwujud) dengan nilai ekonomis tertentu yang dijadikan sebagai dasar transaksi penerbitan suatu instrumen investasi. Underlying asset ini menjadi penting karena dapat dijadikan sebagai jaminan bahwa pergerakan harga instrumen investasi tersebut mengacu kepada suatu aset tertentu.
Sebagai contoh saham GOTO memiliki underlying asset berupa PT Goto Gojek Tokopedia tersebut, baik berupa aset fisik maupun non-fisik. Dengan begitu, pergerakan harga saham GOTO akan dipengaruhi oleh performa perusahaan, faktor eksternal yang mempengaruhi bisnis perusahaan dan faktor-faktor lainnya.
Jika suatu instrumen investasi tidak memiliki underlying asset maka pergerakan harganya hanya didasari oleh hukum supply and demand. Instrumen seperti ini sangat fluktuatif sehingga bisa menimbulkan risiko kerugian yang sangat besar. Salah satu contoh instrumennya adalah mata uang kripto.
Oleh karena itu, underlying asset diperlukan sebagai jaminan pergerakan harga suatu instrumen investasi sehingga investor bisa memitigasi risiko fluktuasi harga dengan baik.
Jenis Underlying Asset
Underlying asset terbagi menjadi beberapa jenis bergantung kepada instrumen investasinya, berikut rinciannya:
Sukuk
Sukuk adalah surat berharga yang memenuhi prinsip syariah. Salah satu poin yang harus dipenuhi oleh sukuk adalah adanya underlying asset yang menjamin sukuk tersebut.
Underlying asset sukuk ini harus memiliki nilai ekonomi baik di masa sekarang atau di masa depan. Contoh underlying asset adalah gedung (objek berwujud) dan proyek pembuatan infrastruktur digital (objek tidak berwujud).
Selain itu, berhubung sukuk harus memenuhi prinsip syariah maka underlying asset nya pun harus memenuhi prinsip tersebut.
Oleh karena itu, underlying asset tidak boleh mengandung unsur ribawi seperti bisnis perbankan ataupun menyebabkan mudharat seperti perusahaan rokok dan minuman keras atau terdapat kegiatan perjudian yang berkaitan dengan underlying asset tersebut.
Reksa Dana
Reksa dana adalah kontrak investasi kolektif yang dikelola oleh manajer investasi. Investor membeli unit penyertaan lalu uang tersebut digunakan oleh manajer investasi untuk membeli produk investasi yang menjadi underlying asset reksa dana tersebut. Underlying asset reksa dana bervariasi tergantung jenis reksa dananya.
Reksa dana pasar uang memiliki underlying asset berupa instrumen pasar uang seperti deposito dan surat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Sementara reksa dana pendapatan tetap menjadikan obligasi sebagai underlying asset nya. Sedangkan reksa dana saham menggunakan saham sebagai underlying asset nya.
Pemilihan underlying asset ini harus sesuai dengan ketentuan yang sudah ditentukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Sebagai contoh untuk reksa dana saham harus memiliki underlying asset berupa saham sebanyak minimal 80%. Jika manajer investasi tidak memenuhi ketentuan ini maka akan mendapatkan teguran dari OJK.
Dengan memahami underlying asset, maka investor bisa lebih bijak dalam berinvestasi. Contohnya ketika memahami bahwa reksa dana saham memiliki underlying asset berupa saham maka investor tidak akan kaget ketika keuntungannya berkurang. Hal ini sangat wajar mengingat pergerakan harga saham memang cukup fluktuatif.
Pergerakan harganya tentu berbeda dengan reksa dana pasar uang. Reksa dana ini memilik underlying asset berupa deposito dan/atau surat utang dengan jatuh tempo kurang dari satu tahun. Hal ini membuat pergerakan harganya relatif stabil sehingga cocok untuk investor yang menyukai stabilitas tanpa adanya fluktuasi harga.
Sementara jika investor menginginkan keseimbangan antara stabilitas dan fluktuasi maka investor bisa memilih reksa dana dengan underlying asset berupa obligasi atau surat utang. Pergerakan harganya cukup berfluktuasi namun memberikan keuntungan yang lebih menarik jika dibandingkan dengan reksa dana pasar uang.
Saham
Saham adalah bukti kepemilikan suatu perusahaan. Jika Anda seorang investor saham maka Anda adalah pemilik perusahaan tersebut. Saham sebagai instrumen investasi memiliki underlying asset berupa perusahaan tersebut.
Sebagai contoh saham rumah sakit memiliki underlying asset berupa bangunan rumah sakit, brand rumah sakit dan layanan perawatan yang ditawarkan oleh rumah sakit tersebut.
Oleh karena itu, investor perlu memahami apa saja aset yang dimiliki oleh perusahaan yang ia beli. Aset ini menjadi acuan bagi pergerakan harga sahamnya. Contohnya ketika sebuah perusahaan batu bara mulai beralih ke lini bisnis energi terbarukan maka akan ada penambahan underlying asset yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga sahamnya.
Memahami underlying asset sangat penting karena membuat kita sebagai investor memahami bagaimana cara kerja sebuah instrumen investasi. Hal ini membuat kita menjadi lebih bijak dalam mengambil keputusan investasi karena sudah mengukur risikonya dengan baik.
Pemahaman mengenai underlying asset ini juga dapat menghindarkan kita dari fear of missing out (FOMO) sehingga tidak terjerumus ke dalam instrumen investasi yang tidak memiliki underlying asset. Dengan memahami risiko dan menjauhi FOMO maka kita bisa memaksimalkan return dari instrumen investasi yang kita miliki.