Pengertian Unrealized Gain
Semua investor tentu menginginkan keuntungan dari saham. Namun sayangnya masih banyak investor yang belum memahami berbagai istilah di dunia saham. Salah satunya adalah unrealized gain.
Istilah ini menggambarkan potensi keuntungan yang akan diterima oleh investor. Unrealized gain juga dikenal dengan istilah keuntungan di atas kertas.
Selama saham belum dijual maka keuntungan ini masih bisa berubah. Oleh karena itu, investor tidak perlu terlalu senang jika mendapatkan nilai unrealized gain yang begitu besar.
Keuntungan baru bisa dinikmati oleh investor ketika dia menjual sahamnya. Terkadang investor menahan diri untuk tidak merealisasikan keuntungan karena yakin harga saham masih akan bertambah atau tujuan investasinya belum tercapai.
Contohnya ada seorang investor yang membeli saham ABCD di harga Rp 1.000 per lembar saham. Lalu harga saham ABCD saat ini adalah Rp 1.200 per lembarnya. Untuk menghitung unrealized gain, Anda cukup mengurangi harga saham saat ini dengan harga saham saat pembelian lalu membaginya dengan harga saham saat pembelian.
Unrealized gain = (harga saham saat ini – harga beli)/harga beli = (1.200 – 1.000)/1.000 = 20%
Kesimpulannya unrealized gain investor tersebut untuk saham ABCD adalah sebesar 20%.
Penyebab Unrealized Gain
Unrealized gain bisa terjadi ketika harga saham naik terutama ketika harga saham saat ini lebih besar daripada harga saat kita membelinya. Oleh karena itu, Anda perlu mengetahui hal-hal apa saja yang menjadi penyebab naiknya harga saham.
- Prospek Bisnis
Salah satu hal yang mempengaruhi harga saham adalah prospek bisnis emiten ke depannya. Beberapa bulan ke belakang, prospek bank digital dinilai menjanjikan. Hal ini terjadi karena bank digital dinilai lebih inklusif sehingga bisa menjangkau lebih banyak kalangan terutama nasabah di pelosok negeri.
Digitalisasi menjadikan bank tidak perlu memiliki banyak kantor untuk menggaet nasabah. Hal ini bisa menurunkan biaya operasional sehingga bank menjadi lebih efisien.
Beberapa saham bank digital cukup moncer di tahun ini, seperti PT Bank Jago Tbk (ARTO) yang menguat 18% pada perdagangan sesi pertama 19 Mei 2022. PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) dan PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) juga ikut menguat masing-masing sebesar 4,7% dan 3,24%.
- Ekonomi Makro
Faktor lainnya yang menjadi penyebab kenaikan harga saham adalah kondisi ekonomi makro. Ketegangan antara Rusia dan Ukraina menimbulkan efek pada ekonomi global. Salah satunya adalah pelarangan impor batu bara dari Rusia ke Uni Eropa. Hal ini membuat harga batu bara semakin melonjak.
Kenaikan harga batu bara ini menjadi berkah bagi Indonesia karena negara kita adalah salah satu eksportir batu bara. Hal ini bisa terlihat dari kenaikan harga saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) yang sudah melesat 34,8% sejak awal tahun hingga pertengahan April 2022.
Saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) juga ikut naik masing-masing sebesar 39,56% dan 31%.
- Sentimen Musiman
Hari raya Idul Fitri identik dengan mudik. Selain itu, kita juga biasanya melakukan video call dengan sanak saudara yang tidak bisa ikut mudik. Otomatis permintaan akan paket data internet akan meningkat. Hal ini menjadi salah satu sentimen positif bagi emiten operator telekomunikasi.
Kenaikan permintaan paket data akan meningkatkan pendapatan operator telekomunikasi. Pada akhirnya, hal ini juga akan meningkatkan harga sahamnya.
Pada 14 April, saham PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) naik 3,08% selama sepekan terakhir. Begitu pula dengan PT XL Axiata Tbk (EXCL) dan PT Indosat Tbk (ISAT) yang masing-masing naik 1,88% dan 1,46%.
Contoh Unrealized Gain
Bukalapak adalah perusahaan yang bergerak di bidang teknologi dengan tiga segmen bisnis yaitu marketplace, Mitra Bukalapak, dan Buka Pengadaan. Dari ketiga segmen ini, hanya segmen marketplace yang membukukan laba yaitu 14,65 triliun rupiah. Namun apakah benar keuntungan tersebut berasal dari segmen marketplace?
Ternyata keuntungan ini berasal dari hasil investasi Bukalapak pada Bank Allo (BBHI). Kegiatan investasi ini memberikan keuntungan pada Bukalapak sebesar 15,5 triliun rupiah. Jika nilai investasi ini tidak diperhitungkan maka segmen marketplace pun masih merugi sebesar 251,4 miliar rupiah.
Keuntungan yang berasal dari hasil investasi inilah yang disebut sebagai unrealized gain atau keuntungan di atas kertas. Pada dasarnya keuntungan ini masih bersifat semu karena belum direalisasikan.
Keuntungan bisa didapatkan ketika Bukalapak menjual saham Bank Allo (BBHI) miliknya. Namun penjualan saham ini tentu tidak mudah karena ada hal-hal tertentu yang harus dipenuhi oleh Bukalapak sebelum menjual saham tersebut.