Diversifikasi portofolio investasi kerap dijadikan investor sebagai strategi terbaik dalam meminimalisir kerugian dan memaksimalkan keuntungan dalam berinvestasi. Istilah itu mungkin belum familiar bagi investor pemula.
Oleh karena itu, sangat penting bagi investor pemula untuk mengenal lebih jauh mengenai diversifikasi portofolio investasi. Sebelum menuju ke pembahasan inti, mari kita pahami istilah itu melalui quotes yang sangat terkenal di kalangan investor, yakni “don’t put your eggs in one basket” atau “jangan masukkan semua telur milikmu ke dalam satu keranjang”.
Apa yang terjadi jika keranjang itu terjatuh saat dibawa ke suatu tempat? Ya, telur yang ada di semua keranjang itu akan pecah. Hal ini berbeda jika telur ditaruh di beberapa keranjang. Apabila satu keranjang terjatuh dan mengakibatkan telur di dalamnya jatuh, kita masih memiliki keranjang-keranjang lain yang berisi telur utuh.
Nah, dalam dunia investasi, kasus di atas mengajarkan kita bahwa menaruh semua aset di satu tempat (instrumen investasi) itu ‘berbahaya’ jika sewaktu-waktu mengalami hal yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, diperlukan strategi berupa diversifikasi portofolio investasi atau menaruh aset ke beberapa instrumen investasi untuk meminimalisir terjadinya ‘bahaya’ tersebut.
Pengertian Diversifikasi Portofolio Investasi
Diversifikasi portofolio investasi adalah penganekaragaman investasi ke sejumlah jenis investasi yang ada. Diversifikasi portofolio investasi juga dapat didefinisikan sebagai strategi pengelolaan investasi yang bertujuan menghindari kerugian dan memaksimalkan keuntungan.
Dari pengertian di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa berinvestasi ke dalam satu instrumen investasi saja adalah tindakan yang kurang disarankan. Sebab, jika instrumen investasi itu mengalami keterpurukan maka dipastikan investor akan mengalami kerugian.
Lantas, apa pentingnya melakukan diversifikasi portofolio investasi? Sebagai investor pemula, mungkin Anda ingin mendapatkan jawaban dari pertanyaan itu.
Perlu Anda ketahui, pasar keuangan tidak selamanya mengalami ‘nasib yang baik’. Ada kalanya pasar keuangan anjlok sehingga menyebabkan kerugian bagi investor. Dengan kata lain, pasar keuangan ini bersifat fluktuatif atau naik-turun.
Misalnya, Anda memutuskan hanya berinvestasi saham. Saat pasar saham mengalami keterpurukan, Anda berisiko mengalami kerugian. Hal ini juga berlaku bagi instrumen investasi lainnya, seperti pasar properti, pasar reksadana, pasar komoditas, mata uang dan lainnya.
Kendati begitu, setiap pasar pada umumnya tidak akan mengalami keterpurukan dalam satu waktu. Nah, dari kasus di atas, kita dapat mengetahui bahwa penganekaragaman investasi ke sejumlah instrumen investasi adalah langkah penting yang sebaiknya dilakukan investor untuk meminimalisir kerugian.
Pertimbangan Diversifikasi Portofolio Investasi
Setidaknya ada tiga pertimbangan dalam melakukan diversifikasi portofolio investasi. Berikut diantaranya:
- Tujuan Investasi
Pertimbangan pertama yang perlu kita lakukan adalah melihat tujuan dalam melakukan investasi. Selain itu, penting juga untuk mempertimbangkan jangka waktu yang dibutuhkan untuk mendapatkan ‘hasil’ dari investasi.
Dengan begitu, Anda dapat dengan mudah menentukan instrumen investasi apa saja yang dapat mencapai tujuan tersebut.
- Modal
Modal juga perlu dipertimbangkan dalam melakukan diversifikasi portofolio investasi. Jika Anda memiliki modal yang cukup banyak (misalnya: mencapai ratusan juta rupiah) maka penganekaragaman instrumen investasi bisa dilakukan dengan leluasa.
Sebaliknya, jika Anda memiliki modal yang terbatas, maka diversifikasi investasi hanya bisa dilakukan secara terbatas.
- Profil Risiko Investor
Pertimbangkan juga profil risiko investor yang Anda pilih. Untuk diketahui, ada tiga tipe profil risiko investor yang bisa Anda pilih, yakni konservatif, moderat dan agresif.
Jika Anda ingin mencari keadaan aman-aman saja dalam berinvestasi, tipe investor konservatif cocok bagi Anda. Sementara itu, jika Anda ingin berinvestasi dengan risiko sedang, tipe investor konvervatif menjadi pilihan terbaik untuk Anda.
Adapun tipe investor agresif menjadi pilihan terbaik untuk Anda yang ingin menggeluti dunia investasi dengan risiko tinggi.
Perlu diingat, tipe investor juga memengaruhi imbal hasil yang didapatkan. Jika risiko investasi tinggi (tipe agresif) maka imbal hasil yang didapatkan juga bisa sangat besar. Hal ini juga berlaku sebaliknya, jika risiko investasi yang diambil rendah, keuntungan yang didapat juga tidak besar.
Dengan mempertimbangkan profil risiko investor, Anda dapat dengan mudah melakukan diversifikasi investasi. Misalnya Anda memutuskan menjadi investor tipe agresif maka sebagian besar modal investasi bisa dialokasikan untuk saham, sedangkan sisanya untuk instrumen investasi lainnya.
Langkah-langkah Diversifikasi Portofolio Investasi
Ada empat langkah dalam melakukan diversifikasi portofolio investasi. Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini.
1. Memastikan Portofolio Berisi Berbagai Instrumen Investasi
Ada banyak instrumen investasi yang bisa Anda jadikan ‘kendaraan’ untuk mendapatkan keuntungan. Dan, untuk meminimalisir kerugian, lakukanlah isi portofolio Anda dengan berbagai instrumen investasi.
Perlu diingat, Anda harus menyertakan tiga pertimbangan di atas dalam menentukan diversifikasi portofolio investasi. Pada umumnya, tujuan investasi dibagi menjadi dua yakni investasi jangka pendek dan jangka panjang.
Instrumen yang bisa Anda pilih dari kedua tujuan investasi itu juga beragam. Antara lain, instrumen investasi jangka panjang yaitu saham, emas, properti dan lainnya. Sementara itu, investasi jangka pendek ada reksadana, deposito dan P2P Lending.
2. Menentukan Perbandingan Instrumen Investasi
Setelah memilih sejumlah instrumen investasi, sekarang saatnya Anda menentukan perbandingan dari sejumlah instrumen investasi tersebut. Pada umumnya, investor akan memberikan porsi lebih banyak pada salah satu instrumen sebagai pilihan prioritas.
Namun, Anda juga boleh-boleh saja melakukan perbandingan instrumen investasi yang hampir merata. Adapun contoh perbandingan investasi jangka panjang yaitu 60 persen saham, 20 persen properti, 20 persen emas. Sementara itu, contoh perbandingan investasi jangka pendek 80 persen reksadana dan 20 persen P2P lending.
Anda bisa mengotak-atik perbandingan di atas sesuai kebutuhan dan tujuan investasi. Dan, setelah lama berkecimpung di dunia investasi, tentunya Anda akan semakin berpengalaman. Dengan jam terbang yang tinggi itu-lah, Anda boleh melakukan ‘eksperimen’ mengotak-atik perbandingan tersebut agar hasil yang didapat lebih menguntungkan.
3. Melakukan Diversifikasi Setiap Instrumen Investasi
Berikutnya, Anda juga perlu melakukan penganekaragaman instrumen investasi yang Anda pilih. Contohnya, Anda memilih instrumen reksadana, maka sebarkan modal Anda ke berbagai produk reksadana yang ada, seperti reksadana pasar uang, reksadana saham dan reksadana obligasi.
Atau, Anda memilih instrumen properti, maka sebarkan modal Anda ke berbagai produk properti yang ada, seperti rumah, apartemen dan tanah.
Perlu diketahui, Anda juga sebaiknya memilih investasi yang tingkat pengembaliannya berbeda-beda. Selanjutnya, pilihlah juga investasi di sektor yang berbeda.
Namun, perlu diingat pula bahwa tingkat pengembalian yang tinggi memiliki risiko yang juga tinggi, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, sebagai investor, Anda harus memahami hal tersebut.
4. Atur Ulang Portofolio Secara Berkala
Diversifikasi portofolio investasi tidak cukup dilakukan sekali saja. Anda perlu mengatur ulang penganekaragaman investasi ini secara berkala. Buatlah perubahan yang sekiranya dapat memberikan imbal hasil yang baik dibandingkan sebelumnya, tentunya dengan memerhatikan tujuan dan strategi investasi yang diterapkan.
Misalnya, Anda telah mencapai tujuan yang ditetapkan dalam investasi jangka pendek. Setelahnya, Anda bisa memanfaatkan keuntungan yang didapat dengan mengalokasikannya ke investasi jangka panjang.
Contoh lainnya, Anda sebelumnya hanya mengalokasikan sedikit modal untuk investasi saham. Namun, di tengah jalan, ternyata harga saham mengalami penurunan. Hal ini bisa menjadi peluang bagi Anda untuk meraup imbal hasil yang lebih banyak dengan mengalokasikan lebih banyak modal investasi untuk pembelian saham.
Contoh Diversifikasi Portofolio Investasi
Untuk memudahkan pemahaman Anda, mari kita simak contoh diversifikasi portofolio investasi berikut ini. Dengan memahami contoh penganekaragaman investasi ini, diharapkan Anda dapat terhindar dari kerugian dalam menggeluti dunia investasi.
Contoh:
Anda memiliki modal Rp 200 juta yang dialokasikan untuk kepentingan investasi. Anda bisa memecah modal tersebut menjadi empat bagian.
Misalnya, 30 persen untuk investasi saham, 30 persen untuk reksadana dan 30 persen lainnya untuk deposito (atau investasi pada aset bebas risiko). Sementara itu, sisa 10 persen dari modal tersebut disimpan dalam bentuk tabungan sebagai dana darurat.
Dengan menerapkan diversifikasi portofolio investasi di atas, jika suatu waktu pasar saham mengalami keterpurukan yang luar biasa, maka kerugian yang Anda derita tidak akan separah dibandingkan Anda hanya menaruh semua modal untuk investasi saham.
Mengapa demikian? Sebab, instrumen investasi lainnya belum tentu mengalami kerugian. Apalagi Anda juga menaruh 30 persen modal ke dalam deposito yang selalu dalam keadaan aman (bebas risiko).
Dengan begitu, Anda sangat mungkin bisa menutup kerugian akibat pasar saham yang mengalami rapor merah. Atau bahkan, Anda masih bisa mendapatkan keuntungan dari penganekaragaman investasi tersebut.
Namun, perlu diketahui bahwa menerapkan diversifikasi investasi seperti yang dicontohkan di atas mungkin keuntungan yang didapatkan tidak lebih tinggi jika dibandingkan Anda menaruh semua modal untuk investasi saham. Mengingat, saham adalah instrumen yang bisa memberikan imbal hasil yang sangat tinggi.
Itulah pembahasan tentang diversifikasi portofolio investasi, mulai dari pengertian, pertimbangan, langkah-langkah hingga contohnya. Semoga bermanfaat bagi Anda yang ingin menggeluti dunia investasi.