Berinvestasi syariah menjadi pilihan alternatif dari investasi konvensional. Investasi syariah bebas riba, akad transparan, memiliki manajemen yang islami dan mengedepankan kegiatan sosial. Meski demikian, ada risiko yang menyertai dalam investasi yang aman dan halal ini. Berikut penjelasannya.
Contents
Risiko
1. Kehilangan modal
Merelakan modal mungkin terjadi. Pasalnya, harga unit atau lembar saham investasi syariah kerap berubah mengikuti pasar. Ada kalanya Anda mendapatkan untung dari investasi tersebut, ada kalanya tidak.
Sebagai saran, maksimalkan modal sebagai investasi jangka panjang dengan jangka waktu sekitar 3 – 5 tahun dengan imbal hasil (return) menggiurkan. Meski begitu, risikonya pun lebih tinggi. Misalnya investasi saham syariah, reksa dana campuran, reksa dana pendapatan tetap, dan reksa dana saham.
2. Imbal hasil tidak pasti
Imbal hasil tidak pasti wajar terjadi pada risiko investasi syariah. Di poin sebelumnya, imbal hasil tidak pasti menyebabkan modal hilang. Imbal hasil tidak pasti ini terjadi karena risiko pasar. Artinya, risiko ini bergantung pada naik atau turunnya nilai investasi pasar. Sehingga, nilai ekuitas tidak dapat dipastikan dan turut mempengaruhi nilai imbal hasil. Sebagai tips, lakukanlah diversifikasi aset.
3. Sulit menjual produk investasi
Di benak investor syariah, ada kepuasan batin membeli produk syariah. Di samping bebas riba, juga mengurangi sedikit kegelisahan terhadap produk yang meragukan dari segi syariat. Namun, apakah produk tersebut bisa dijual kembali? Belum tentu.
Inilah kekhawatirannya, yakni sulit menjual produk investasinya. Hal ini menjadi risiko investasi syariah tersendiri akibat kurang mengenali produk yang dibeli dan dampak mendatang.
Kejadian tersebut biasa disebut risiko likuiditas. Artinya, risiko yang berhubungan dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dana dengan biaya yang sesuai dan bisa didapatkan segera. Karena itu, pertimbangkanlah apakah produk yang Anda investasikan bisa dijual kembali di tahun mendatang?
4. Tidak paham produk investasi
Salah satu kelemahan investor konvensional dan syariah adalah tidak paham produk investasi. Modal ada, namun rasa rakus dan takut terlalu mendominasi. Sehingga pertimbangan logis dan objektif terhadap produk investasi yang dibeli berkurang, bahkan main borong saja.
Penting bagi investor untuk memahami produk investasi, entah itu reksa dana, sukuk, dan saham. Paham artinya tidak hanya mengetahui cara mengikuti tren pasar, tetapi juga cerdas menghadapi setiap kemungkinan yang dapat terjadi, baik itu krisis, pasar anjlok, dan sebagainya. Sehingga, spekulasi bisa berkurang dengan mempelajari analisis fundamental dan teknikal, manajemen keuangan, model bisnis, dan citra perusahaannya.
5. Tidak kenal perusahaan yang diinvestasikan
Investor perlu mengenal produk yang diinvestasikan dan perusahaannya. Tidak kenal maka tidak investasi. Anda bisa cek daftar perusahaan-perusahaan terbuka di situs Bursa Efek Indonesia (BEI). Dari situ, Anda bisa mengetahui perusahaan mana saja yang menjadi anggota (BEI), rekam jejak baik, fundamental perusahaan stabil, dan punya citra yang reputatif.
Sebaiknya, berinvestasilah pada perusahaan yang saat ini menjadi nasabah, pelanggan, atau penggunanya. Dengan begitu, Anda kenal bagaimana perusahaan itu melayani pelanggan, ciri khas produk, atau tagline iklan. Serta mudah menjangkau perusahaan tersebut lewat situs resmi atau media sosial.
6. Khawatir nilai tukar turun
Risiko investasi syariah ini biasa disebut risiko nilai tukar. Risiko ini terjadi akibat nilai mata uang negara turun, sehingga membuat nilai investasi turun pula. Risiko ini bisa dikurangi dengan cara diversifikasi portofolio investasi berbagai nilai tukar. Misalnya Anda investasi saham syariah dengan menggunakan nilai tukar rupiah, maka sebagai opsi, investasi pula di saham syariah bernilai tukar dolar.
Cara Mengatasinya
1. Diversifikasi
Sebagai investor syariah, penting sekali diversifikasi. Kenal don’t put your eggs in one basket? Relevan dengan strategi investasi Warren Buffet itu, diversifikasilah portofolio investasi. Jika saat ini terbiasa investasi emas syariah, cobalah investasi reksa dana syariah atau saham syariah. Dengan begitu, risiko pasar dan risiko nilai tukar pun berkurang.
2. Tahu waktu jual dan beli
Momentum jual dan beli tidak dapat diterka, namun bisa dianalisis secara fundamental dan teknikal. Hal ini berlaku untuk investasi saham syariah. Anda bisa membaca grafik pergerakan harga buka di pagi hari dan harga tutup di sore hari lewat aplikasi trading online.
Misalnya jika Anda investasi saham tekstil SRIL (Sritex) dengan harga Rp 500 di pagi hari, kemudian harga melonjak naik ke harga Rp 1000 di siang hari, juallah dengan penuh pertimbangan. Begitu pula saat membelinya.
3. Update berita ekonomi dan finansial
Poin ini cukup krusial, mengingat pergerakan harga sebuah investasi terus berubah. Dengan mengikuti berita ekonomi dan finansial, tidak perlu lagi takut kehilangan modal dan menjadi pribadi lebih dinamis terhadap perubahan. Anda juga mendapatkan wawasan yang kaya dengan analisis objektif yang dapat mempengaruhi keputusan-keputusan investasi.
4. Prioritaskan investasi jangka panjang
Terakhir, prioritaskan investasi syariah ini sebagai investasi jangka panjang. Terlebih jika Anda investasi saham syariah. Bila semakin murah harganya, semakin berkurang pula risiko kerugian atau cut loss. Pelajari pula strategi cut loss saham syariah agar tidak rugi. Begitu pula dengan reksa dana saham.
Mengetahui cara mengurangi risiko investasi syariah bukanlah menjamin investasi untung besar tanpa risiko . Namun, cara inilah yang mampu membuat Anda bijak menghadapi risko investasi syariah berikut ini.
Sudah siap berinvestasi syariah?