Membeli saham tidak seperti membeli komoditas lainnya yang dijual di pasar tradisional. Sebab, pergerakan harga saham dan latar belakang pergerakan harga tersebut bisa diketahui oleh konsumen yang dalam hal ini adalah investor. Tinggal Anda sebagai investor mau melakukan analisis atau tidak.
Salah satu hal yang dapat investor peroleh ketika melakukan analisis sebuah saham, baik itu analisis fundamental ataupun analisis teknis adalah prediksi waktu terbaik untuk membeli atau menjual saham.
Berikut ini waktu-waktu yang dapat Anda pertimbangkan untuk membeli saham:
1. Tiap Kuartal dan Pergantian Tahun
Alasan mengapa setiap bulan April, Agustus dan Desember adalah waktu terbaik membeli atau menjual saham adalah karena pada periode ini, perusahaan dituntut untuk merilis laporan keuangan kuartal perusahaan tersebut. Jadi, Anda dapat menganalisa perubahan fundamental perusahaan, prospek perusahaan sekaligus pergerakan harga saham perusahaan.
Laporan keuangan ini dapat Anda akses di website resmi masing-masing perusahaan. Apabila kinerja perusahaan pada kuartal terkait membaik dan memiliki prospek cerah, maka itu saatnya Anda membeli saham perusahaan tersebut, begitupun sebaliknya.
Anda juga bisa membeli saham saat pergantian tahun. Alasannya adalah dalam periode ini, perusahaan sudah menerbitkan laporan keuangan tahunan yang dapat Anda jadikan dasar analisis untuk melakukan transaksi pada periode berikutnya.
Lain daripada itu, seringkali investor yang merasa kinerja perusahaannya jelek akan menjual saham yang mereka miliki pada periode ini. Anda dapat membeli saham tersebut asalkan Anda menilai bahwa perusahaan yang sahamnya dijual tersebut memiliki prospek positif ke depannya.
2. Ketika Saham Blue Chip Mendapatkan Sentimen Negatif
Saham blue chip adalah saham yang dirilis dari perusahaan dengan kapitalisasi besar, sejarah yang panjang dan kondisi fundamental yang baik.
Membeli saham blue chip ketika perusahaan tersebut terkena sentimen negatif artinya Anda bisa mendapatkan saham perusahaan bagus dengan harga yang lebih murah daripada biasanya.
Tak jarang harga saham blue chip atau saham perusahaan lain yang non blue chip tapi punya aspek fundamental yang baik, dapat naik dan pulih dengan segera setelah diterpa sentimen negatif. Akibatnya Anda berpotensi mendapatkan capital gain.
3. Ketika Nilai IHSG Naik Lagi (Rebound)
Fluktuasi IHSG memang sangat sering terjadi, namun penurunan nilai IHSG dalam beberapa hari merupakan sinyal negatif bagi pasar modal.
Meskipun seringkali tidak segera diketahui secara pasti penyebab turunnya indeks ini, namun penurunan IHSG bisa terjadi karena berbagai faktor seperti kondisi ekonomi global dan nasional, kondisi dan kebijakan ekonomi US serta isu negatif yang tersebar di kalangan investor.
Jika hal ini terjadi, yang dapat Anda lakukan hanyalah menunggu perbaikan kondisi ekonomi dan menghilangnya isu tersebut. Anda dapat kembali membeli saham apabila menurut pandangan Anda nilai IHSG akan kembali naik seiring dengan perbaikan kondisi ekonomi nasional dan global.
4. Ketika Anda Menilai Harga Sebuah Saham Tergolong Undervalued
Strategi ini dapat Anda rumuskan apabila Anda sudah melakukan analisis fundamental dan teknis dari sebuah saham. Hasil analisis tersebutlah yang dapat Anda gunakan untuk menentukan apakah harga sebuah saham terbilang undervalued atau tidak.
Secara sederhana harga saham tergolong undervalued jika menurut Anda harga saham tersebut terlalu murah, jika ditilik dari fundamental perusahaan yang menerbitkan saham tersebut dan rekam jejak pergerakan harga saham tersebut. Harga saham yang undervalued memiliki potensi kenaikan dalam jangka waktu pendek atau menengah.
Keempat strategi di atas hanya bisa Anda lakukan ketika Anda sudah melakukan analisis terhadap perusahaan tersebut. Analisis kinerja saham dapat dilakukan dengan:
- Menganalisa kondisi keuangan dan posisi tawar perusahaan (analisis fundamental).
- Analisis trend pergerakan harga saham perusahaan tersebut (analisis teknis).
- Mempertimbangkan faktor eksternalitas yang mempengaruhi pasar modal, seperti kondisi ekonomi nasional dan global, serta isu-isu terkini yang kemungkinan dapat mempengaruhi trend jual beli saham.
Contoh dari kondisi ekonomi nasional yang harus Anda perhatikan adalah peristiwa pemilihan Presiden. Setiap presiden membawa program unggulan masing-masing sehingga perubahan presiden berarti perubahan program ekonomi. Dalam kasus ini tidak jarang investor memilih untuk menunggu.
Contoh dari kondisi ekonomi dunia yang sekiranya berpengaruh terhadap jual beli efek di Indonesia adalah penemuan vaksin Covid-19, pemilihan presiden dan pemimpin Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) serta perang dagang antara Amerika dan Tiongkok.
Membeli saham dengan tanpa melakukan analisis ketiga hal tersebut secara komprehensif dapat mengakibatkan Anda membeli saham dari perusahaan yang salah atau membeli saham di waktu-waktu yang salah sehingga Anda tidak mendapatkan keuntungan dan justru merugi.
Oleh sebab itu, membeli atau menjual saham tidak bisa hanya berdasarkan tindakan investor lain yang sedang Anda ikuti. Diperlukan analisis komprehensif yang harus Anda lakukan sendiri dengan atau tanpa bantuan konsultasi dengan orang lain.
Kenali tipe investor yang seperti apa Anda, lakukan analisis fundamental dan teknis secara komprehensif dan dapatkan keuntungan berinvestasi di pasar modal, khususnya saham. Selamat Belajar.