Instrumen investasi terdiri dari beberapa macam diantaranya seperti properti, saham, reksadana, deposito dan obligasi. Obligasi merupakan salah satu upaya perusahaan untuk mendapatkan sumber pendanaan, pendanaan ini digunakan untuk pembiayaan investasinya.
Dibandingkan dengan saham obligasi memang memberikan pendapatan dalam jumlah yang lebih pasti, yaitu berupa bunga dan pelunasan obligasi pada saat jatuh tempo.
Terdapat perbedaan risiko saham dan obligasi, dimana obligasi memiliki tingkat risiko yang lebih rendah dari pada risiko saham, namun bukan berarti obligasi tidak mempunyai risiko.
Contoh kasus risiko tersebut bisa seperti tidak menerima pelunasan obligasi dan ini hanyalah salah satu bentuk risiko yang mungkin akan dihadapi investor obligasi yang disebut dengan risiko default.
Ada berbagai macam risiko yang dihadapi oleh investor obligasi, diantaranya yaitu :
1. Risiko Pilihan
Kriteria memilih suatu obligasi yang salah adalah risiko yang sangat rawan sekali. Dari banyaknya investor yang memilh obligasi yang salah karena berdasarkan dengan yield tanpa memperhatikan risiko ke depannya.
Karena jika yield dijadikan sebagai satu-satunya dasar pemilihan, maka perbandingan yang dilakukannya tidak akan valid, karena Anda hanya bisa membandingkan yield untuk menentukan pilihan jika tingkat risikonya sama.
2. Risiko Pasar atau Tingkat Bunga
JIka investor yang telah memegang obligasi dalam pembayaran di bayar jatuh tempo, tidak akan mendapatkan bunga uang lebih tinggi. Hal tersebut, menjadi risiko bagi investor karena tidak mendapatkan bunga yang lebih tinggi.
3. Risiko Default
Risiko ini bisa berupa pembatalan atau penundaan pembayaran bunga dan lebih para lagi bila perusahaan tidak mampu melunasi obligasinya saat jatuh tempo.
4. Risiko Likuiditas
Risiko ini berhubungan dengan kemudahan investor untuk menjual obligasinya pada harga wajar.
5. Risiko Diversifikasi
Intinya jangan menaruh semua telor dalam satu keranjang. Artinya risiko ini risiko bila potensi pendapatan dan pertumbuhan portfolio akan memburuk sebagai akibat tidak adanya diversifikasi.
6. Risiko Obligasi Dilunasi Sebelum Jatuh Tempo
Beberapa obligasi ada yang berisi syarat bahwa perusahaan pengeluar obligasi mempunyai hak untuk melunasi obligasi sebelum jatuh tempo. Bagi investor ada tiga kerugian dari syarat tersebut :
- Cash flow dari obligasi tersebut menjadi tidak bisa diketahui dengan pasti
- Karena perusahaan akan menarik kembali obligasi pada saat tingkat bunga turun, maka investor akan menghadapi risiko reinvestasi, yaitu mereka hanya bisa reinvestasi pada obligasi yang memeberikan bunga rendah
- Potensi kenaikan kapital dari obligasi akan berkurang karena harganya tidak akan naik melebihi harga yang ditetapkan untuk menarik kembali obligasi.
Strategi Cara Mengatasi Risiko Obligasi
1. Strategi Pasif : Buy and Hold
Strategi ini berupa kegiatan membeli dan memegang suatu obligasi hingga jatuh tempo dan menginvestasikannya kembali. Dengan memegang obligasi hingga jatuh tempo, investor tidak akan terpengaruh oleh perubahan nilai obligasi yang disebabkan oleh berubahnya suku bunga bank.
2. Semi Aktif : Immunization
Immunization merupakan strategi hybrid yang mempunyai elemen pasif maupun aktif. Investor yang menginginkan tingkat yang tinggi terhadap akumulasi hasil dalam periode tertentu di masa yang akan datang cocok menggunakan strategi ini.
3. Strategi Aktif
Bagi investor yang ingin memperoleh kemungkinan mendapatkan hasil tertinggi, maka strategi aktif ini memberi kesempatan yang terbesar untuk memperolehnya, tentunya dengan risiko yang lebih besar pula. Ada beberapa strategi aktif yang dapat dipilih yaitu :
- Strategi antisipasi suku bunga
Strategi yang cukup berisiko karena tergantung pada peramalan yang tidak pasti tentang perilaku suku bunga di masa yang akan datang. Tujuannya adalah untuk melindungi investasi ketika suku bunga diperkirakan naik dan mendapatkan capital gain ketika suku bunga diperkirakan turun.
- Strategi analisis penilaian
Dengan strategi ini investor dapat memilih obliagasi berdasarkan nilai intrinsiknya. Hasil perhitungan nilai intrinsik dibandingkan dengan harga obligasi di pasar. Jika harga pasar lebih tinggi dari pada nilai intrinsik berarti obligasi tersebut overvalue, sebaliknya jika harga pasar lebih rendah dari nilai intrinsik maka obligasi sedang undervalue.
Itu dia beberapa strategi yang bisa Anda implementasikan untuk meminimalisir risiko dalam berinvestasi pada obligasi, semoga bermanfaat.