Saham

6 Alasan Harga Saham IPO Sangat Fluktuatif

Sebanyak 54 saham melantai di bursa melalui initial public offering (IPO) sepanjang 2021. Kinerja sahamnya bervariasi, ada yang moncer namun tidak sedikit yang memble. Hal ini menunjukkan bahwa pergerakan harga saham IPO sangat fluktuatif.

Fluktuasi harga ini terjadi karena beberapa hal, seperti:

1. Euforia di Kalangan Investor

Barang baru memang selalu menarik. Termasuk saham-saham yang baru saja melantai di bursa. Euforia investor terhadap saham IPO ini terlihat dari pergerakan sahamnya. Hingga pertengahan tahun lalu, ada 16 emiten yang langsung auto reject atas (ARA) di hari perdagangan pertamanya.

Beberapa emiten yang terkena ARA yaitu PT Ladangbaja Murni Tbk. (LABA) dan PT Triniti Dinamik Tbk. (TRUE). Pergerakan harga emiten yang terkena ARA ini umumnya disebabkan oleh adanya tekanan beli yang lebih tinggi daripada tekanan jual.

Euforia ini terjadi karena belum terbentuknya harga saham IPO tersebut. Hal ini diartikan oleh investor sebagai peluang untuk mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu investor cenderung menahan saham yang sudah dibelinya sehingga harganya terus melambung dan terkena ARA.

Selain itu, saat harga saham IPO terus naik di hari pertama perdagangan biasanya investor yang tidak kebagian akan melakukan bid di pasar sekunder. Semakin banyak permintaan sementara penawarannya terbatas. Hal ini juga yang turut menyebabkan sahamnya ARA.

2. Sentimen Digitalisasi

Adanya perubahan pola hidup masyarakat membuat perusahaan harus beradaptasi untuk bertahan. Salah satunya adalah dengan melakukan transformasi digital. Oleh karena itu digitalisasi menjadi isu yang ramai diperbincangkan di kalangan investor. 

Berbagai sektor yang terkait dengan digital seperti bank digital, emiten teknologi dan telekomunikasi menjadi incaran para investor. Hal ini menyebabkan tekanan beli yang tinggi sehingga harga sahamnya cenderung naik bahkan terkena ARA.

3. Mencari Keuntungan Jangka Pendek

Investor yang sudah membeli saham sejak IPO cenderung menyimpan sahamnya hingga harganya melambung tinggi. Setelah harganya menyentuh di angka yang diinginkan lalu investor menjualnya untuk merealisasikan keuntungan (profit taking).

Hal ini mencerminkan bahwa investor cenderung untuk mencari keuntungan jangka pendek pada saham IPO. Inilah yang menyebabkan harga saham IPO cenderung melambung tinggi di hari perdagangan pertama lalu anjlok. Penurunan ini akan terus terjadi hingga sampai di titik equilibrium antara demand dan supply.

4. Siklus Ekonomi

Salah satu penyebab anjloknya harga saham IPO terutama yang bergerak di bidang teknologi adalah karena adanya perubahan siklus ekonomi. Emiten berbasis komoditas sedang dilirik oleh investor karena harga komoditasnya yang sedang naik. 

Salah satu komoditas yang sedang naik adalah batubara. Oleh karena itu, investor cenderung mengincar emiten batubara. Pergeseran ke arah sektor komoditas ini menyebabkan penurunan permintaan emiten teknologi sehingga harganya pun anjlok.

5. Besarnya Dana yang Diserap

Salah satu contoh menarik saham IPO adalah PT Dayamitra Telekomunikasi (MTEL). Investor berharap saham ini akan ARA pada hari perdagangan pertamanya. Namun, sayangnya harganya terus turun. Bahkan hingga menyentuh nilai di bawah harga IPO.

Hal ini menyebabkan investor ikut menjual sahamnya. Berdasarkan analisis yang dilakukan oleh Roger M.M, Head of Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia, terihat bahwa supply lebih kuat daripada demand. Hal ini sangat wajar mengingat IPO MTEL menyerap dana besar sekitar Rp 18 triliun.

Selain itu, harga saham MTEL juga dinilai cukup premium jika dibandingkan dengan pesaingnya TBIG dan TOWR. Hal ini juga bisa menyebabkan rendahnya permintaan terhadap emiten ini sehingga harganya anjlok di hari perdagangan pertamanya.

6. Performa Emiten Tidak Sesuai Ekspektasi

Emiten yang baru melantai di bursa tentu menghadirkan harapan baru termasuk PT Bukapalapak.com Tbk. (BUKA). Tim riset Sucor Sekuritas mengungkapkan bahwa mereka memangkas target harga saham PT Bukalapak.com Tbk. menjadi Rp 870 dari target sebelumnya Rp 1.435 per saham.

Revisi ini disebabkan oleh penurunan target processing value (TPV) dan laba kotor emiten tersebut. Performa yang tidak sesuai ekspektasi ini tentu menjadi sentimen negatif bagi emiten sehingga bisa menyebabkan harga sahamnya ikut turun.

Selain itu, emiten dengan kode BUKA ini juga mencatatkan pertumbuhan segmen marketplace sebesar 5,17 persen secara Year on Year (YoY). Pertumbuhan segmen ini jauh lebih rendah daripada segmen mitra yang meroket 322,83 persen secara YoY.

Total penjualan dan pemasaran yang dikeluarkan oleh BUKA untuk segmen mitra mengalami peningkatan sebesar 80,29%. Hal ini membuat biaya ekspansi atau penambahan mitra menjadi tinggi. 

Kenaikan biaya ekspansi dan rendahnya pertumbuhan segmen marketplace membuat analis menjadi gusar terhadap bisnis utama emiten ini. Ekspektasi yang tinggi terhadap segmen marketplace ini gagal dipenuhi oleh BUKA sehingga demand di pasar cenderung turun dan harganya pun ikut turun.

Semua keputusan untuk membeli atau menjual saham khususnya saham IPO merupakan tanggung jawab masing-masing investor. Artikel ini tidak bermaksud untuk memberikan rekomendasi jual ataupun beli.

Chandra Nathalie, S.E

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago