Keuangan

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index

Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara rupiah dan dolar AS? Untuk masyarakat umum, perbandingan ini mungkin terkesan rumit. Mereka perlu membuka mesin pencari untuk memahami hal ini dan mencari perbandingan kedua mata uang tersebut.

Bahkan meskipun sudah membaca penjelasan yang diberikan di internet, sebagian orang tetap tidak memahami konsep ini. Oleh karena itu, The Economist memperkenalkan sebuah indeks bernama Big Mac Index. Indeks ini berusaha menyederhanakan perbandingan mata uang asing dengan menggunakan bantuan big mac.

Anda mungkin bertanya, mengapa big mac? Pemilihan ini mengacu kepada teori keseimbangan daya beli atau purchasing-power parity (PPP), yang berasumsi bahwa daya beli dua mata uang terhadap suatu barang idealnya adalah setara. Untuk mengukur daya beli, diperlukan barang yang tersedia di banyak negara dan bisa mewakili daya beli masyarakat. Oleh karena itu, dipilihlah big mac.

Big Mac Index membandingkan harga big mac di berbagai negara terhadap dolar AS. Sebagai contoh harga big mac di Amerika Serikat adalah 5 dolar AS sementara harga di Cina adalah 20 yuan. Maka berdasarkan indeks ini 1 dolar AS setara dengan 4 yuan. Secara aktual, nilai tukar 1 dolar AS sama dengan 6,4 yuan. Selisih ini digunakan untuk menentukan apakah yuan sedang overvalued atau undervalued. Pada angka tersebut, maka yuan sedang undervalued sebesar 38%.

Indeks ini memberikan gambaran bagi masyarakat umum mengenai nilai tukar mata uang. Selain itu, indeks ini juga bisa digunakan oleh trader mata uang asing untuk menentukan kapan mata uangnya undervalued atau overvalued. Jika sudah undervalued maka saatnya membeli seperti yuan yang sedang undervalued. Sementara ketika overvalued maka saatnya untuk menjual mata uang tersebut.

Selain sebagai alat untuk trading. Indeks ini juga berfungsi untuk membandingkan nilai tukar antar mata uang asing terhadap dolar AS. Contohnya pada Januari 2022, Big Mac Index menunjukkan bahwa rupiah berada di bawah nilai wajar atau undervalued sebesar 59,3% dibandingkan dolar AS. Sementara rubel undervalued sebesar 70%. Hal ini menunjukkan rubel mengalami pelemahan lebih dalam daripada rupiah.

Penerimaan Big Mac Index

Keberhasilan Big Mac Index membuat The Economist bereksperimen dengan produk lainnya. Pada 2004, surat kabar ini menerbitkan Tall Latte Index yang merupakan salah satu minuman di jaringan kedai kopi Starbucks.

Tak mau ketinggalan, sebuah bank di Australia pun mencoba mengeluarkan iPod Index pada tahun 2007. Namun sayang indeks ini mendapatkan kritik karena harga iPod di berbagai negara bisa berbeda terutama terkait dengan biaya pengiriman.

Terakhir pada 2017, sebuah platform mengeluarkan sebuah indeks bernama The Chai Latte Global Index. Sama seperti pendahulunya, Tall Latte Index yang terinspirasi dari menu kopi di Starbucks.

Namun, dari sekian banyak indeks tersebut Big Mac Index lah yang paling banyak diterima di kalangan ekonom. Bahkan indeks ini beberapa kali dikutip oleh penulis buku teks ekonomi dan jurnal penelitian.

Terlepas dari segala penerimaan terhadap indeks ini, The Economist tidak pernah mengklaim bahwa indeks ini adalah acuan yang dapat dijadikan standar untuk perbandingan nilai mata uang asing. Tujuan awal pembuatan indeks ini adalah untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat umum mengenai nilai tukar dengan bahasa yang lebih sederhana sehingga mudah dipahami.

Batasan Big Mac Index

Indeks ini tidak bisa dijadikan standar karena memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, Big Mac Index terbatas oleh geografis. Produk ini tidak tersedia di seluruh negara di dunia, terutama negara miskin di Afrika. Oleh karena itu, di negara-negara ini sempat digunakan KFC Index. Produk yang digunakan adalah 1 bucket ayam versi original isi 15 buah.

Alasan kedua adalah perbandingan harga big mac terhadap makanan lainnya di negara tersebut. Di Amerika Serikat dan beberapa negara maju lainnya, big mac dianggap murah. Sementara di beberapa negara lainnya, big mac terbilang mahal apalagi jika dibandingkan dengan makanan lokal. 

Beberapa faktor yang menyebabkan hal ini adalah adanya pajak yang diberlakukan untuk kedai waralaba internasional dan biaya impor bahan baku. Selain itu, biaya promosi juga bisa berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Perbedaan biaya promosi ini pada akhirnya bisa menyebabkan perbedaan harga jual big mac di tiap negara. 

Chandra Nathalie, S.E

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago

4 Cara Membeli Tanah dengan Aman

Tanah adalah salah satu produk investasi yang diminati oleh banyak orang karena harganya yang selalu…

1 year ago