Saham

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus mengalami kenaikan sejak awal tahun 2022. HBA Agustus 2022 dipatok US$ 321,59 per ton, naik lebih dari dua kali lipat jika dibandingkan dengan harga di awal tahun sebesar US$ 158,5 per ton. Kenaikan harga ini disebabkan oleh kenaikan permintaan batu bara global terutama di Eropa.

Kenaikan HBA ini ikut mendorong harga saham-saham emiten batu bara. Oleh karena itu, Anda bisa memanfaatkan momen ini untuk mulai mengoleksi saham batu bara. Sebelum membeli, simak empat emiten batu bara dengan kapitalisasi saham terbesar yang tergabung dalam IDX30.

1. Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO)

Perusahaan batu bara ini beroperasi sejak 2005 dan melakukan penawaran umum pada 2008. Sebanyak 11,14 juta lembar saham ditawarkan ke publik atau setara dengan 34,83% dari total saham perseroan. Harga initial public offering (IPO) emiten ini adalah sebesar Rp 1.100 per lembar saham.

Harganya sudah bertambah lebih dari tiga kali lipat menjadi Rp 3.410 per lembar saham pada hari ini (26 Agustus 2022). Kapitalisasi pasar emiten ini mencapai Rp 106 triliun dan menempatkannya di posisi kedua untuk kategori perusahaan batu bara.

Emiten batu bara terkenal royal dalam membagikan dividen, termasuk ADRO. Emiten ini membagikan dividen interim tahun 2021 sebanyak Rp 160,16 per lembar saham atau setara 75,22% laba bersih. Kinerja perseroan pada Q1 2022 pun sangat memuaskan dengan revenue sebesar US$ 1,22 juta dan laba bersih sebesar US$ 400 ribu.

Laba Q1 2022 meningkat lebih dari lima kali lipat jika dibandingkan dengan laba Q1 2021 sebesar US$ 71 ribu. Salah satu faktor yang mendorong kenaikan laba ini adalah meningkatnya harga batu bara global.

2. Harum Energy Tbk. (HRUM)

Perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batu bara dan mineral ini didirikan pada 1995. Rantai produksi yang terintegrasi secara vertikal membuat perusahaan dapat beroperasi secara efisien dan mampu menghadapi siklus pertambangan batu bara baik di pasar dalam negeri maupun global. Sasaran ekspor batu bara perseroan adalah negara-negara Asia seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan India.

Pada Q2 2022 perseroan berhasil menjual batu bara sebanyak 1,2 Mt meningkat 36,3% dibandingkan dengan Q1 2022 sebesar 0,9 Mt. Kenaikan average selling point (ASP) dari 168,4 US$/ton pada Q1 2022 menjadi 183,3 US$/ton pada Q2 2022 ikut mengerek pendapatan perusahaan hingga 48% secara QoQ. Pada Q2 2022 perusahaan mencatatkan pendapatan sebesar US$ 225,3 juta dan laba bersih sebesar US$ 83,2 juta.

3. Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG)

Perusahaan ini didirikan pada 1997. Aktivitas perusahaan meliputi penambangan, penjualan dan pengiriman batu bara. Perseroan melakukan penawaran sahamnya ke publik pada 2007. Jumlah saham yang ditawarkan sebanyak 225 ribu lembar atau setara dengan 20% dari total saham perseroan.

Pada saat initial public offering (IPO) saham emiten ini dijual sebesar Rp 14.000 per lembar. Harganya meningkat lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 38.500 per lembar pada hari ini (26 Agustus 2022).

Perusahaan ini sama seperti perusahaan batu bara lainnya yang rajin membagikan dividen. Pada tahun lalu perusahaan membagikan 80% laba bersihnya dalam bentuk dividen. Investor mendapatkan Rp 3.040 untuk setiap lembar saham yang dimiliki.

Pendapatan perusahaan meningkat dari US$ 639 ribu pada Q1 2022 menjadi US$ 781 pada Q2 2022. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan pun ikut meningkat dari US$ 213 ribu pada Q1 2022 menjadi US$ 237 pada Q2 2022.

4. Bukit Asam Tbk. (PTBA)

Perusahaan pelat merah ini didirikan pada 1981 dan mencatatkan diri di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2002. Kegiatan perusahaan meliputi eksplorasi, operasi pertambangan, penjualan dan pengiriman batu bara.

Selain itu, perusahaan juga memiliki unit bisnis pembuatan briket batu bara. Guna mendukung program pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, perusahaan sedang membangun pabrik gasifikasi batu bara.

Perusahaan yang berkantor di Sumatera Selatan ini sangat royal dalam membagikan dividen. Seluruh laba bersih pada 2021 dibagikan kepada pemegang saham. Investor mendapatkan Rp 688,51 untuk setiap lembar saham yang dimilikinya.

Besarnya pembagian dividen ini sejalan dengan moncernya pendapatan perusahaan. Pendapatan perusahaan naik 105% dari Rp 3,99 triliun pada Q1 2021 menjadi Rp 8,21 triliun pada Q1 2022. Laba bersih perusahaan pun meroket 355% dari Rp 500,52 miliar pada Q1 2021 menjadi Rp 2,28 triliun pada Q1 2022.

Chandra Nathalie, S.E

Recent Posts

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago

4 Cara Membeli Tanah dengan Aman

Tanah adalah salah satu produk investasi yang diminati oleh banyak orang karena harganya yang selalu…

1 year ago