Saham

Free Float Saham: Pengertian, Contoh Penghitungan dan Pengaruhnya

Bursa Efek Indonesia (BEI/IDX) sebagai penyelenggara pasar modal yang sah di Indonesia terus menerus menerapkan perubahan kebijakan untuk menyesuaikan zaman. Salah satu kebijakan yang disesuaikan di tahun 2021 ini adalah kebijakan metode penghitungan untuk memilih konstituen sebuah indeks.

Saat ini, BEI masih menggunakan dua metode yaitu, full market capitalization method dan capped adjusted free float market capitalization method. Rencananya BEI akan mengubah metode penghitungan menjadi capped adjusted free float market capitalization weighted average method.

Metode ini digunakan karena dianggap lebih mampu menggambarkan kondisi perusahaan di lapangan. Penyesuaian terhadap metode baru ini akan dilaksanakan dalam empat gelombang yaitu 1 Juli 2021, 2 dan 4 Agustus 2021, 1 Oktober 2021 dan 1 November 2021.

Apa sebenarnya yang dimaksud dengan free float saham dan bagaimana perubahan ini berpengaruh terhadap pasar modal?

Definisi Free Float Saham

Free float saham adalah prosentase jumlah saham sebuah perusahaan yang ‘kemungkinan besar’ akan sering diperjualbelikan oleh masyarakat. Umumnya prosentase saham jenis ini relatif kecil dibandingkan dengan total keseluruhan jumlah saham sebuah perusahaan yang beredar di masyarakat. Hal ini karena sebagian besar saham tersebut akan dimiliki oleh pemilik perusahaan itu atau beberapa orang investor pengendali.

Secara umum apabila prosentase saham free float dari sebuah perusahaan tinggi, tingkat frekuensi transaksi saham tersebut akan tinggi pula. Hal ini akan membuat perubahan (volatilitas) harga saham tersebut tidak akan terlalu tajam.

Sebaliknya, apabila prosentase saham free float dari sebuah perusahaan rendah, maka frekuensi transaksi saham tersebut akan rendah dan tingkat volatilitas harganya akan lebih tajam. Meskipun jamak diterapkan di berbagai pasar modal di seluruh dunia, kebijakan free float saham ini baru resmi digunakan di Indonesia pada tahun 2018.

BEI selaku penyelenggara pasar modal yang sah di Indonesia, menerapkan kebijakan bahwa setiap perusahaan harus memiliki rasio saham free float minimal 7,5%. Perusahaan-perusahaan yang belum memenuhi kewajiban ini namun sudah initial public offering (IPO) diwajibkan untuk merestrukturisasi komposisi pemegang saham perusahaan tersebut.

Contoh Ilustrasi Free Float Saham

Katakanlah sebuah perusahaan dengan kode saham PCYL memiliki jumlah 2.000.000 lembar saham dengan harga per lembar saham sebesar 1.000 rupiah. Berikut ini, komponen pemilik 2.000.000 lembar saham tersebut:

  1. Pemilik perusahaan PCYL, Alex memiliki saham sejumlah 890.000 lembar atau sekitar 44,5%  dari total keseluruhan saham PCYL.
  2. PT. Investindo Kreasitama selaku perusahaan investasi memiliki 550.000 lembar saham atau sekitar 27,5%.
  3. Citra Nada selaku istri Alex memiliki saham PCYL sejumlah 350.000 lembar saham atau sekitar 17,5% dari total keseluruhan saham PCYL.
  4. Publik atau investor umum memiliki saham PCYL sejumlah 10,5% atau sekitar 210.000 lembar saham.

Apabila dilihat dari contoh daftar saham PCYL di atas, terlihat bahwasanya Alex, Citra dan PT. Investindo Kreasitama adalah pemilik saham yang dominan dengan total kepemilikan saham sebesar 89,5%.

Tentu sebagai pemilik saham yang dominan dan memiliki kontrol atas keputusan perusahaan, mereka tentu tidak akan terlalu sering untuk menjual saham yang mereka miliki. Sebaliknya, saham-saham yang akan sering diperdagangkan adalah saham-saham milik masyarakat luas yang dalam kasus di atas hanya memiliki saham sebesar 10,5% dari total saham PCYL yang beredar.

Hal ini bisa jadi karena berbagai alasan, seperti masyarakat hanya investasi untuk menabung sehingga sewaktu-waktu bisa dijual atau karena sebagian masyarakat tersebut mengambil keuntungan dari trading saham. Saham-saham dengan rasio kecil inilah yang disebut sebagai saham free float.

Dampak dan Pengaruh Kebijakan Free Float

Perubahan kebijakan tingkat rasio saham free float ini bertujuan agar indeks-indeks yang ditampilkan oleh BEI adalah indeks yang bernilai akurat sesuai dengan kenyataan. Kebijakan ini akan berpengaruh terhadap seluruh indeks namun, secara khusus akan berpengaruh terhadap penentuan perusahaan anggota konstituen indeks LQ45 dan IDX30.

Hal ini membuat saham perusahaan-perusahaan yang dulunya dianggap sebagai saham blue chip bisa jadi turun ‘kasta’ menjadi perusahaan-perusahaan level menengah. Contoh dari saham yang statusnya turun akibat dari penerapan kebijakan ini adalah saham milik PT. Hanjaya Mandala Sampurna Tbk (HMSP) dan PT. Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Namun demikian, pada dasarnya kebijakan free float tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi fundamental sebuah perusahaan. Jadi, asalkan kondisi fundamental sebuah perusahaan yang merilis saham blue chip itu bagus, status saham tersebut kemungkinan besar tidak akan berubah meskipun komponen kepemilikan sahamnya diubah.

Selain mempengaruhi indeks, diperkirakan perubahan kebijakan ini juga akan mempengaruhi perilaku beberapa pemain penting dalam pasar modal seperti, manajer investasi dan investor-investor besar.

Baik manajer investasi ataupun investor-investor besar lebih cenderung menyukai perusahaan dengan tingkat saham free float yang tinggi. Sebab, itu artinya penjualan atau pembelian saham yang dilakukan oleh investor lain tidak akan terlalu banyak mempengaruhi harga.

Nah, dengan penjelasan di atas sudahkah Anda mengambil keputusan mengenai saham yang Anda miliki saat ini? Tapi jangan lupa ya, sebelum menentukan keputusan, pastikan Anda melakukan analisis fundamental dan teknikal terlebih dahulu, agar Anda tidak akan menyesal mengambil apapun keputusan tersebut.

Chandra Nathalie, S.E

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago