Saham

Greenshoe Option – Pengertian, Skema dan Contohnya

Pengertian Greenshoe Option

Pergerakan harga saham sangatlah fluktuatif, terlebih bagi saham yang baru saja melantai di bursa. Tak jarang saham IPO (initial public offering) menyentuh ARA (auto reject atas) atau ARB (auto reject bawah) pada masa awal perdagangan. Oleh karena itu, underwriter (penjamin emisi efek) menawarkan opsi greenshoe. Apa yang dimaksud dengan opsi ini? Temukan jawabannya pada artikel ini.

Greenshoe adalah suatu mekanisme pelepasan saham tambahan ke publik yang dilakukan oleh underwriter. Adapun jumlah maksimal lembar saham tambahan yang dilepas adalah 15% dari jumlah saham utama yang dilepas. Salah satu tujuan pengambilan opsi ini adalah untuk menstabilkan harga saham.

Ketika permintaan suatu saham naik sementara jumlah lembar saham yang diperdagangkan terbatas maka hal ini akan membuat harga saham naik bahkan bisa menembus ARA. Hal inilah yang berusaha diantisipasi dengan melakukan greenshoe. Ketika ada tambahan lembar saham yang dilepas ke publik maka harapannya permintaan akan saham tersebut dapat terpenuhi sehingga harga saham menjadi lebih stabil.

Skema Greenshoe Option

Lalu bagaimana skema greenshoe ini berjalan? Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa opsi ini berfungsi untuk menstabilkan harga saham. Skemanya adalah dengan melepas saham tambahan atau membeli saham yang beredar. Pelepasan lembar saham tambahan dilakukan ketika permintaan akan saham tersebut sangat tinggi seperti sudah dijelaskan sebelumnya. 

Sementara ketika penawaran saham tersebut sangat tinggi maka harga saham akan terus turun bahkan bisa menyentuh ARB atau harga di bawah IPO. Hal ini tentu tidak diinginkan oleh para investor. Oleh karena itu, underwriter menawarkan opsi greenshoe. Opsi ini memungkinkan underwriter untuk membeli kembali saham yang sudah beredar di publik.

Pembelian saham ini diharapkan mampu menyeimbangkan antara penawaran dan permintaan sehingga harga sahamnya tidak turun drastis. Meski begitu, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk mengambil opsi ini yaitu:

  • Pembelian maksimal 15% dari total saham IPO
  • Pelaksanaan maksimal 30 hari setelah IPO

Kedua syarat ini menjelaskan bahwa tekanan jual yang mampu ditahan oleh mekanisme ini hanya 15%. Jika jumlah penawaran melebihi 15% maka underwriter hanya bisa membeli maksimal 15% sehingga sisanya kemungkinan tidak terserap dan menyebabkan harga saham ini akan terus turun.

Selain itu, pembelian ini hanya bisa dilakukan maksimal 30 hari setelah IPO. Jika sudah lebih dari 30 hari maka opsi ini tidak bisa diambil dan hanya mekanisme ARA dan ARB yang berlaku.

Contoh Greenshoe Option

Meskipun terdengar asing, ternyata opsi greenshoe ini sudah dilakukan sejak lama di bursa kita. Pada 2010, PT Bank Negara Indonesia mengambil opsi ini. Pada tahun tersebut, emiten dengan ticker BBNI ini melepas 3,95 miliar lembar saham secondary offering dengan harga Rp 2.050. Terdapat opsi penjatahan lebih atau greenshoe sebanyak 474 juta lembar saham pada penawaran ini. Saham greenshoe ini dilepas pada harga Rp 2.900 kala itu.

Pada saat yang bersamaan, BBNI juga melakukan aksi korporasi lainnya yaitu right issue dengan melepas 1,992 miliar lembar saham dengan harga Rp 2.025 per lembar saham. Aksi korporasi ini diharapkan bisa mengumpulkan dana sebesar Rp 8,1 triliun. 

Kepala Biro Hukum dan Humas Kementerian BUMN kala itu, Herman Hidayat, mengatakan bahwa dana hasil right issue akan dibagi ke pemerintah dan BNI. Pemerintah akan menggunakan dana tersebut untuk membiayai APBN sementara BNI akan menggunakannya untuk memperkuat struktur permodalan dan pengembangan usaha.

Selain BNI, ada PT ABM Investama Tbk yang pernah mengambil opsi greenshoe pada 2011. Emiten dengan ticker ABMM ini melepas 55,06 juta lembar saham tambahan atau 9,99 persen dari 550,633 juta lembar saham utama yang dilepas saat IPO. Untuk melaksanakan aksi korporasi ini, ABMM menunjuk underwriter PT Macquarie Capital Securities Indonesia dan PT Mandiri Sekuritas.

Adapun opsi penjatahan lebih ini berasal dari saham yang dimiliki oleh salah satu pemegang saham perseroan yaitu PT Tiara Marga Trakindo (TMT). Pelepasan saham tambahan ini akan mengurangi porsi kepemilikan TMT atas ABMM.

Januar Iskandar, S.E.

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago