Reksadana

Indikator Sharpe Ratio: Pengertian, Rumus dan Contoh Perhitungannya

Pengertian Indikator Sharpe Ratio

Apakah Anda seorang investor reksa dana? Jika iya, bagaimana cara Anda menentukan bahwa Anda membeli reksa dana yang tepat?

Mungkin Anda akan menggunakan data return reksa dana tersebut, untuk menunjukkan bahwa reksa dana tersebut memiliki performa yang baik. Data ini bisa digunakan, namun data ini tidak mempertimbangkan fluktuasi dari reksa dana tersebut. Sebagai alternatif, Anda bisa menggunakan sharpe ratio.

Rasio ini menunjukkan besaran return investasi setelah dikurangi dengan return risk free asset (dalam hal ini digunakan surat utang pemerintah). Return bersih tersebut lalu dibandingkan dengan risiko reksa dana tersebut yang terlihat dari fluktuasi harga reksa dana tersebut.

Secara sederhana sharpe ratio ini dapat diartikan sebagai standar deviasi return sebuah produk investasi (dalam hal ini reksa dana).

Rumus Indikator Sharpe Ratio

Mari simak contoh berikut supaya Anda bisa lebih mudah memahami perhitungan sharpe ratio.

Sebuah reksa dana memberikan return selama satu tahun terakhir sebesar 15%. Kita menggunakan angka 3,5% (suku bunga Bank Indonesia) sebagai return risk free asset. Lalu pergerakan harga atau volatilitas reksa dana tersebut sebesar 12%. Berikut cara menghitung sharpe ratio.

Sharpe ratio = (Return investasi – return risk free asset) / volatilitas harga produk investasi

Sharpe ratio = (15% – 3,5%) / 12% = 0,96

Angka ini menunjukkan bahwa untuk setiap 1% risiko yang Anda ambil sebagai investor, maka reksa dana tersebut akan memberikan return sebesar 0,96%. Oleh karena itu, nilai sharpe ratio yang tinggi sangat diharapkan oleh investor karena akan mendapatkan return yang lebih tinggi, namun dengan tingkat risiko yang sama.

Hal yang perlu Anda catat sebagai investor adalah rasio ini hanya bisa digunakan untuk kelompok produk investasi yang sama. Anda tidak bisa menggunakan rasio ini untuk membandingkan reksa dana pasar uang dengan reksa dana saham. Anda hanya bisa membandingkan reksa dana saham dengan reksa dana saham lainnya, begitu pun dengan reksa dana pasar uang.

Mengapa penggunaan rasio ini dibatasi seperti itu? Karena tingkat volatilitas masing-masing reksa dana sangat berbeda jauh. Terutama antara reksa dana saham yang sangat volatile dengan reksa dana pasar uang yang relatif tidak volatile. Mari simak contoh berikut untuk lebih memudahkan Anda dalam memahaminya.

Ada tiga reksa dana saham dengan nilai sharpe ratio, masing-masing sebesar 5,02, 2,20 dan 1,97. Sebagai investor tentunya Anda akan memilih reksa dana saham dengan sharpe ratio sebesar 5,02, karena reksa dana ini memberikan keuntungan paling tinggi bagi Anda. Selanjutnya mari simak contoh penggunaan sharpe ratio untuk reksa dana pasar uang.

Masih sama seperti sebelumnya, ada tiga reksa dana pasar uang dengan nilai sharpe ratio masing-masing sebesar -183, -111 dan -106. Tentunya Anda sebagai investor akan mengambil angka paling besar yaitu -106. Namun pertanyaan selanjutnya adalah mengapa nilai sharpe ratio reksa dana pasar uang negatif?

Mari ingat kembali rumus perhitungan sharpe ratio, yaitu selisih antara return investasi dengan return risk free asset dibagi dengan volatilitas harga. Seperti kita tahu bahwa volatilitas harga selalu bernilai positif, maka penyebab nilai negatif adalah selisih antara return investasi dengan return risk free asset. Selisih ini bernilai negatif karena return investasi lebih kecil dari return risk free asset. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Return reksa dana pasar uang sangat bergantung kepada suku bunga acuan Bank Indonesia, sementara nilai suku bunga BI atau BI rate saat ini sangat rendah. Hal inilah yang menyebabkan return dan sharpe ratio reksa dana pasar uang menjadi rendah.

Jika melihat angka ini maka investasi di reksa dana pasar uang tidak terlalu menarik jika dibandingkan dengan investasi di risk free asset seperti surat utang negara.

Kesimpulan

Metode yang ditemukan oleh William Forsyth Sharpe ini memberikan gambaran utuh terhadap return sebuah produk investasi. Rasio ini menunjukkan selisih antara return investasi dengan return risk free asset dibandingkan dengan volatilitas harganya. Semakin besar nilai rasio ini maka semakin menarik produk investasi tersebut.

Sharpe ratio ini umumnya digunakan untuk melihat performa suatu reksa dana. Hal yang perlu Anda ingat sebagai investor adalah selalu gunakan rasio ini untuk membandingkan reksa dana dalam jenis yang sama. Membandingkan reksa dana yang berbeda menggunakan rasio ini akan menghasilkan keputusan yang bias dan cenderung merugikan Anda sebagai investor.

Nilai rasio ini sebaiknya positif yang menunjukkan risiko yang diambil untuk membeli produk investasi tersebut sebanding dengan return yang diberikan. Sementara nilai yang negatif menunjukkan bahwa return risk free asset seperti surat utang negara lebih menarik daripada produk investasi tersebut.

Januar Iskandar, S.E.

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago