Saham

Pengaruh Kebijakan Pemerintah Terhadap Harga Saham

Harga saham terus berubah naik dan turun. Perubahan ini bahkan bisa terjadi dalam skala hitungan detik. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham naik-turun. Namun, secara umum diklasifikasikan menjadi dua faktor, yaitu faktor internal perusahaan dan eksternal.

Faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari luar perusahaan yang cukup sulit diatasi dan dikendalikan. Umumnya, faktor eksternal berperan lebih dominan dalam memengaruhi harga saham. Harga suatu saham dapat naik atau turun secara signifikan akibat faktor eksternal.

Salah satu faktor eksternal yang memengaruhi harga saham adalah kebijakan pemerintah. Mengapa kebijakan pemerintah memengaruhi harga saham? Lalu, seperti apa contoh kebijakan pemerintah dalam memengaruhi harga saham?

Dampak Sebuah Kebijakan

Sebagai otoritas tertinggi di negara ini, pasti pemerintah cukup sering membuat program dan kebijakan baru yang berdampak pada pergerakan harga saham. Kebijakan yang dimaksud dapat berupa keputusan dan peraturan yang disampaikan pemerintah berbentuk lisan, berita di media masa, atau yang masih sebatas wacana yang disampaikan pejabat melalui media sosial.

Respon dari kebijakan pemerintah bisa meningkatkan gairah untuk mengoleksi saham ataupun menimbulkan kekhawatiran para pelaku pasar.

Ketika mendapatkan sebuah informasi terkait kebijakan baru, para investor saham akan menganalisa terlebih dahulu dampak yang dibawa informasi tersebut. Kemudian, para investor akan mengambil tindakan untuk kelangsungan investasi yang dilakukannya.

Jika sebuah kebijakan dinilai dan diprediksikan akan menguntungkan sektor industri tertentu, maka investor akan memutuskan untuk mengoleksi saham di industri tersebut. Kemudian jika prediksi ini diyakini juga oleh banyak investor, tak menutup kemungkinan akan memunculkan buying power yang besar sehingga membuat harga saham melesat.

Inilah gambaran dampak adanya sebuah kebijakan terhadap harga saham. Begitupun sebaliknya, ketika ada kebijakan yang dinilai akan merugikan dan memunculkan kekhawatiran investor, kemungkinan akan muncul selling power yang membuat harga saham menurun.

Besarnya dampak yang muncul setelah ada kebijakan, tergantung pada seberapa besar pengaruh kebijakan tersebut terhadap emiten terkait. Jika kebijakan itu berpengaruh cukup besar, maka dampak pada harga saham akan signifikan.

Dengan demikian, para pemain saham terutama trader, biasanya selalu mencermati isu terkini dan sangat sensitif terhadap sebuah berita karena hal tersebut dapat dimanfaatkan sebagai peluang meraup keuntungan yang tinggi.

Contoh Kebijakan Tapera

Salah satu kebijakan pemerintah yang cukup fenomenal di tengah berita Covid-19 adalah kebijakan Tabungan Perumahan Rakyat alias Tapera. Beberapa pihak sempat terkejut dengan kebijakan ini karena dinilai tergesa-gesa.

Padahal, kebijakan ini sudah dibentuk sejak 2016. Namun, pengesahannya baru dirilis dan diteken oleh Presiden Joko Widodo dalam Peraturan pemerintah (PP) nomor 25 tahun 2020.

Akibat dari adanya kebijakan ini membuat pelaku pasar berbondong-bondong mengoleksi saham PT Bank Tabungan Negara (Persero). Emiten berkode BBTN tersebut dikabarkan akan mengelola dana Badan Pengelola (BP) Tapera dengan porsi paling besar.

Beberapa analis saham memprediksikan harga saham BBTN bisa mencapai harga Rp1.300 dari harga yang biasanya berkisar di angka Rp700-Rp750. Respon pelaku pasar terhadap kebijakan ini cukup positif hingga membuat saham BBTN terbang.

Terbukti bahwa sejak penutupan tanggal 29 Mei 2020 hingga 09 Juni 2020, emiten bank yang fokus pada pembiayaan rumah tersebut telah naik hingga 54%.

Contoh Kebijakan PSBB 2021

Pemerintah sempat memberlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) yang lebih ketat di daerah Jawa dan Bali demi menekan angka Covid-19 pada bulan Januari lalu.

Adapun pembatasan yang ditetapkan adalah pembatasan WFO (Work From Office) 25% dan WFH (Work From Home) menjadi 75%, pembelajaran dilakukan daring, pembatasan operasional  pusat pembelanjaan, dan pengetatan protokol kesehatan.

Merespon hal tersebut, terpantau bahwa IHSG terkoreksi hingga berada di bawah Rp6.000 atau sekitar 2% pada hari itu juga. Hal ini menandakan kebijakan pengetatan ini secara psikologis mempengaruhi pergerakan harga saham.

Masyarakat investor menilai ada ketidakpastian situasi sehingga memutuskan untuk tidak mengambil resiko dengan cara menjual saham-sahamnya. Kebijakan pengetatan PSBB juga secara tidak langsung akan menekan beberapa sektor, seperti sektor perdagangan retail dan restoran.

Kesimpulan

Berdasarkan dua contoh kasus di atas, dapat disimpulkan bahwa terkadang sebuah kebijakan dapat membuat harga saham atau saham gabungan mencuat naik atau bahkan menurun. Hal ini tergantung pada apakah kebijakan tersebut dapat memberikan keuntungan di masa depan atau merugikan.

Bagi investor tidak ada salahnya jika ingin mencermati isu-isu terkini supaya bisa melakukan taking profit atau cutloss di waktu yang tepat.

Chandra Nathalie, S.E

Recent Posts

4 Emiten Batu Bara dengan Kapitalisasi Terbesar

Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…

1 year ago

6 Perbedaan IMF dan Bank Dunia

International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…

1 year ago

5 Manfaat Corporate Social Responsibility (CSR) Bagi Perusahaan

Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…

1 year ago

5 Emiten Properti dan Real Estate untuk Investasi Jangka Panjang

Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…

1 year ago

Big Mac Index – Pengertian, Penerimaan dan Batasannya

Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…

1 year ago

4 Cara Mengecek Tanah Bebas Masalah

Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…

1 year ago