Contents
Menurut Thomas R. Robinso dkk, dalam buku International Financial Statement Analysis 3ed, rasio solvabilitas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban atau hutang jangka panjangnya.
Rasio ini memberikan informasi jumlah kewajiban dalam struktur permodalan perusahaan dan kecukupan pendapatan serta arus kas untuk menutupi biaya bunga dan biaya lainnya yang terkait pada saat jatuh tempo.
Hutang jangka panjang menjadi salah satu sumber bagi perusahaan untuk me-leverage atau mengungkit pertumbuhan perusahaan walaupun memiliki resiko besar. Karenanya ada mengatakan rasio solvabilitas dengan istilah leverage ratio.
Rasio solvabilitas berbeda dengan rasio likuiditas dari jenis kewajibannya. Rasio solvabilitas mengukur kemampuan perusahaan terhadap hutang jangka panjangnya sementara rasio likuiditas mengukur kemampuan perusahaan membayar hutang jangka pendeknya.
Oleh karena itu, rasio solvabilitas sering dikaitkan dengan mengukur resiko perusahaan secara jangka panjang termasuk saat ada pilihan untuk membubarkan atau melikuidasi perusahaan.
Adalah rasio hutang yang digunakan guna mengukur nilai perbandingan antara hutang dengan aktiva. Artinya, seberapa besar aset perusahaan dibiaya oleh hutang atau seberapa besar hutang perusahaan memiliki berpengaruh terhadap pengelolaan aset perusahaan.
Adalah rasio yang dipakai guna menilai perbandingan utang dengan ekuitas. Debt to Equity Ratio (DER) ini dihitung dengan membandingkan seluruh hutang baik hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang dengan total ekuitas.
Perhitungan Debt to Equity Ratio ini digunakan untuk mengetahui berapa jumlah hutang yang bisa diberikan oleh bank ke perusahaan.
Setiap industri memiliki ukuran Debt to Equity Ratio (DER) sendiri-sendiri, yang mencerminkan tingkat resiko. Semakin besar Debt to Equity Ratio-nya maka semakin besar resikonya.
Rasio ini (sering disebut hanya “leverage ratio“) mengukur jumlah total aset yang didukung untuk setiap unit ekuitas. Misalnya, nilai 3 untuk rasio ini berarti bahwa setiap Rp 1 ekuitas mendukung Rp 3 dari total aset.
Semakin tinggi rasio leverage keuangan, semakin tinggi leverage/daya ungkit perusahaan, dalam arti perusahaan bisa menggunakan hutang dan kewajiban lainnya untuk memperbesar aset.
Rasio ini mengukur berapa kali EBIT (Earning Before Interest & Tax – Pendapatan Sebelum Bunga & Pajak) perusahaan dapat menutupi pembayaran bunganya.
Rasio cakupan bunga yang lebih tinggi menunjukkan solvabilitas yang lebih kuat, memberikan jaminan yang lebih besar bahwa perusahaan dapat melakukannya pembayaran hutangnya (yaitu hutang bank, obligasi dan surat pengakuan hutang) dari pendapatan operasi.
Rasio ini berkaitan dengan biaya tetap atau kewajiban terhadap dengan arus kas yang dihasilkan oleh perusahaan. Ini mengukur berapa kali pendapatan perusahaan (sebelum pembayaran bunga, pajak, dan sewa) dapat menutupi pembayaran bunga dan sewa perusahaan.
Mirip dengan Interest Coverage Ratio (rasio cakupan bunga), rasio cakupan biaya tetap yang lebih tinggi menyiratkan solvabilitas/kemampuan bayar yang lebih kuat, menawarkan jaminan yang lebih besar bahwa perusahaan dapat melunasi utangnya (yaitu utang bank, obligasi, surat pengakuan hutang dan biaya sewa) dari pendapatan normal.
Rasio ini kadang digunakan sebagai indikasi kualitas dividen yang disukai, dengan rasio yang lebih tinggi menunjukkan dividen preferen yang lebih aman.
Berikut ini ilustrasi penghitungan rasio solvabilitas, yang menggunakan contoh laporan keuangan Neraca 2020 PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. Pastikan Anda memahami cara membaca laporan keuangan, agar lebih jelas dalam menghitung rasio solvabilitas.
Laporan bisa diakses melalui https://alfamart.co.id/storage/report-lists/March2021/FTR7FV0X3t8l9QzYV0tw.pdf atau klik link di bawah ini:
Diketahui total hutang adalah Rp 18,334 T dan total assets adalah Rp 25,970 T, maka Debt to Assets Ratio = 18,334 T / 25,970 T = 0,706 atau 70,6%. Artinya 70,6% aset perusahaan berasal dari hutang.
Dari laporan keuangan yang sama, diketahui total hutang adalah Rp 18,334 T dan total equity sebesar Rp 7,636 T, maka Debt to Equity Ratio = 18,334 T / 7,636 T = 2,4.
Dari laporan keuangan yang sama, diketahui total aset adalah Rp 25,970 T dan total ekuitas adalah Rp 7,636 T maka Financial Leverage Ratio = 25,970 T/ 7,636 T = 3,4. Artinya dari modal Rp 1 perusahaan berhasil menjadikan modal tersebut menjadi Rp 3,4.
Dari laporan laba-rugi, diketahui EBIT sebesar Rp 1,688 T dan biaya bunga sebesar Rp 381,68 M, maka Interest Coverage Ratio = 1,688 T / 381,68 M = 4,42.
Dari laporan arus kas, diketahui biaya bunga 336,192 M dan biaya sewa 338,2 M, maka Fixed Charge Ratio = (1,688 T – 336,192 M) / (336,192 M + 338,2 M) = 1,351 T / 674,392 M = 2
Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…
Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…
Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…
Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…
Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…