Contents
Ada berbagai istilah yang perlu kita pahami sebagai investor saham. Dengan memahami istilah-istilah ini membuat kita sebagai investor menjadi lebih tenang dalam menghadapi gejolak pasar.
Seperti yang kita ketahui bahwa harga suatu saham akan berubah setiap saat pada jam perdagangan. Perubahan harga inilah yang bisa menimbulkan suatu kondisi berupa unrealized loss.
Unrealized loss adalah istilah yang digunakan ketika harga saham saat ini lebih rendah daripada harga rata-rata saham yang dimiliki oleh investor. Ilustrasinya seperti ini, ketika Anda sebagai investor membeli saham ABCD seharga Rp 1.500 beberapa bulan lalu.
Kemudian hari ini harga saham ABCD turun ke Rp 1.000. Kondisi seperti ini disebut sebagai unrealized loss atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah kerugian di atas kertas.
Sesuai dengan istilah tersebut, kerugian ini masih berupa kerugian tercatat alias belum terjadi. Kerugian baru benar-benar terjadi ketika investor menjual sahamnya. Lalu apa penyebab hal ini?
Unrealized loss disebabkan oleh pergerakan harga saham yang sedang menurun atau bearish. Harga saham yang menurun disebabkan oleh hal-hal berikut:
Kondisi ekonomi makro seperti kenaikan suku bunga The Fed bisa menyebabkan turunnya harga saham. Kenaikan suku bunga bank sentral Amerika ini terbukti menjadi penyebab turunnya IHSG ke level 7.086 atau sebesar 1,34% pada 10 Juni 2022. Kenaikan suku bunga menyebabkan keluarnya aliran modal (capital outflow) dari dalam negeri ke negeri Paman Sam.
Pemerintah menaikkan tarif cukai rokok sebesar 12,05% pada awal tahun 2022. Kebijakan ini dinilai oleh investor akan merugikan emiten rokok sehingga mereka melakukan penjualan sahamnya.
Hal inilah yang menyebabkan saham emiten rokok mengalami penurunan pada 14 Desember 2021. Saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk (HMSP) turun 1,96 persen. Sejalan dengan itu, saham PT Gudang Garam Tbk (GGRM) dan PT Wismilak Group (WIIM) pun masing-masing turun 2,95 persen dan 1,65 persen.
Pandemi Covid-19 menimbulkan kekhawatiran termasuk bagi para investor. Hal ini memicu panic selling yang menyebabkan IHSG longsor ke level 3.937 pada semester 24 Maret 2020 atau turun sebanyak 37,49% jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2019.
Saham emiten fast moving consumer goods PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) terus mengalami penurunan sejak 2018. Analis memperkirakan kondisi fundamental perusahaan menjadi penyebab hal ini. Laba bersih yang stagnan sejak 2018 hingga 2021 menyebabkan harga sahamnya terus turun.
Unrealized loss ini bisa terjadi kepada semua investor, baik investor ritel maupun investor institusi. Berikut beberapa contoh investor institusi yang sedang mengalami unrealized loss:
Emiten sektor telekomunikasi ini mengalami unrealized loss sebesar 881 miliar rupiah atas investasi pada PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) di kuartal I/2022. Nilai kerugian ini dicatatkan pada laporan keuangan kuartal pertama tahun ini.
Dirut Telkom, Ririek Adriansyah menjelaskan bahwa investasi Telkom di GoTo tidak hanya melihat capital gain. Investasi di GoTo lebih fokus ke sinergi yang bisa dikembangkan bersama-sama. Salah satu bentuk sinergi yang sudah dilakukan adalah penambahan pengguna Telkomsel dari mitra pengemudi.
Upaya sinergi ini didasarkan dari data yang menunjukkan bahwa ada sekitar 40% mitra pengemudi yang belum menggunakan Telkomsel dan berpotensi untuk menggunakan Telkomsel, sehingga bisa menambah pendapatan perusahaan. Upaya ini berhasil menambah pengguna Telkomsel dan menambah pendapatan perusahaan hingga miliaran rupiah.
Selain itu, Telkomsel juga menawarkan layanan digital connectivity dan advertising untuk ekosistem GoTo sehingga bisa meningkatkan engagement antara mitra pengemudi, merchant dan pengguna.
Ekosistem digital ini menjadi nilai tambah bagi emiten yang bergerak di sektor telekomunikasi ini. Jika ekosistem digital ini tumbuh maka pendapatan jasa digital perusahaan pun akan ikut tumbuh.
BPJS TK sebagai lembaga pengelola dana ketenagakerjaan di Indonesia menyimpan sebagian dananya pada saham. Hal ini membuat asetnya bisa mengalami unrealized loss. Seperti yang terjadi pada kurun Agustus hingga September 2020, unrealized loss BPJS TK mencapai 43 triliun rupiah. Nilai ini perlahan berkurang menjadi 14,42 triliun rupiah pada Januari 2021.
Penurunan nilai investasi ini lebih dikarenakan longsornya sejumlah harga saham terutama saham blue chip, mengingat sebagian besar atau tepatnya 98% alokasi saham BPJS TK berada di saham LQ45.
Unrealized loss ini belum direalisasikan, karena BPJS TK masih menunggu payung hukum untuk cut loss saham. Payung hukum ini diperlukan sebagai guidance bagi BPJS TK untuk melakukan cut loss dan menata kembali portofolio investasi sahamnya.
Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…
Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…
Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…
Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…
Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…