Contents
Setiap pemilik bisnis pasti berharap bisnisnya akan memberikan keuntungan. Namun hal ini perlu dicapai dengan berbagai usaha. Salah satunya adalah dengan memprediksi potensi keuntungan menggunakan metode seperti average rate of return (ARR) dan internal rate of return (IRR).
Pada artikel kali ini, kita akan fokus untuk membahas IRR. IRR adalah metode untuk menentukan efisiensi sebuah investasi bisnis. Nilai IRR yang tinggi menunjukkan bahwa investasi tersebut menarik dan sebaiknya dilakukan oleh pemilik bisnis.
Meski begitu, IRR yang tinggi tidak selalu menarik karena risiko bisnisnya pun besar. Oleh karena itu, biasanya sebelum melakukan analisa keuangan, pemilik bisnis perlu menentukan acceptable rate of return (tingkat pengembalian yang diterima). Jika IRR lebih besar daripada acceptable rate of return maka investasi tersebut layak untuk dilakukan, begitupun sebaliknya.
IRR memberikan gambaran mengenai efisiensi dari investasi yang akan kita lakukan. Semakin efisien maka tingkat pengembalian atas hasil investasi yang diberikan akan semakin besar. Semakin menarik pula investasi ini untuk dilakukan.
Selain dalam bisnis, IRR juga bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya. Berikut fungsi lain dari IRR.
Berdasarkan pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa IRR merupakan salah satu metode yang bisa diandalkan untuk menghitung potensi keuntungan suatu investasi bisnis. Hal ini menunjukkan bahwa metode ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
Meskipun begitu, metode ini tetap memiliki kekurangan yaitu:
Sebelum menghitung IRR, sebaiknya kita perlu memahami net present value (NPV) terlebih dahulu. NPV adalah selisih antara arus kas masuk dan keluar yang ditarik ke masa kini. Untuk lebih memahami, mari kita simak contoh berikut.
Sebuah bisnis UMKM di bidang cuci mobil ingin membeli sejumlah alat-alat untuk mencuci mobil dengan harga Rp 10 juta. Pembelian alat-alat ini akan menghasilkan arus kas masuk sebesar Rp 7 juta pada tahun pertama dan Rp 8 juta pada tahun kedua. Lalu kita gunakan rumus berikut.
PV = FV / (1+i)^n
Dengan
PV : present value (nilai saat ini)
FV : future value (nilai masa depan pada tahun ke n)
i : tingkat suku bunga*
n : periode tahun (tahun ke n)
*pada contoh ini tingkat suku bunga yang digunakan adalah 12%
PV tahun pertama = 7.000.000 / (1+0,12)^1 = Rp 6.250.000
PV tahun kedua = 8.000.000 / (1+0,12)^2 = Rp 6.377.551
Data tersebut kita gunakan untuk menghitung NPV dengan cara berikut.
NPV = Rp (6.250.000 + 6.377.551 – 10.000.000) = Rp 2.627.551
Pembelian sejumlah alat-alat untuk mencuci mobil dengan harga Rp 10 juta akan menghasilkan keuntungan sebanyak Rp 2,6 juta. Oleh karena itu, investasi ini dapat dipertimbangkan karena nilai NPV nya positif (>0). Langkah selanjutnya adalah kita menghitung IRR untuk menentukan berapa efisiensi dari investasi yang akan kita lakukan.
IRR adalah tingkat discount rate saat NPV bernilai 0. Cara menghitung IRR dapat dilakukan dengan trial and error maupun perhitungan numerik. Pada artikel ini, kita akan menghitung IRR dengan trial and error.
NPV = FV1 / (1+i)^1 + FV2 / (1+i)^2 – C
0 = 7.000.000 / (1+i)^1 + 8.000.000 / (1+i)^2 – 10.000.000
i = 24%
Setelah melakukan trial and error, didapat IRR sebesar 24%. Nilai ini lebih besar daripada acceptable rate of return yang telah ditentukan sebelumnya yaitu 12%. Maka investasi ini layak untuk dilakukan.
Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…
Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…
Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…
Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…
Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…