Tujuan utama investasi adalah untuk mencari keuntungan, dan keuntungan tersebut tidak serta merta langsung diperoleh begitu modal investasi dibelanjakan. Ada jeda waktu antara waktu saat modal investasi tersebut dimasukkan dan saat modal investasi tersebut menuai hasil yang sepadan.
Jeda waktu inilah yang disebut dengan payback period. Investor yang bisa menghitung payback period dari aset yang telah dia investasikan dapat memilih perusahaan dengan lebih baik.
Contents
Payback period adalah waktu yang dibutuhkan agar sebuah modal investasi bisa balik modal. Dengan kata lain, payback period adalah rentang waktu yang dibutuhkan sebuah investasi untuk mencapai titik break event point.
Contohnya, apabila Anda berinvestasi sebesar Rp 5.000.000 ke sebuah perusahaan A pada 1 Agustus 2020. Ternyata, perusahaan tersebut mampu mengembalikan dana Rp 5.000.000 tersebut kepada Anda pada tanggal 1 Agustus 2021. Itu artinya, payback period dalam investasi Anda tersebut adalah selama 1 tahun.
Semakin cepat payback period dari sebuah investasi, maka semakin menarik pula investasi tersebut. Sebab, itu artinya investasi Anda akan lebih cepat balik modal dan bisa Anda gunakan untuk keperluan lainnya.
Meskipun payback period adalah salah satu metrik keuangan yang seringkali dipakai oleh investor atau perusahaan, akan tetapi pada dasarnya konsep ini dapat diterapkan di dalam kehidupan sehari hari juga.
Misalnya, Anda perlu membeli laptop baru untuk keperluan skripsi dan bekerja. Harga laptop baru tersebut adalah sebesar Rp 3.000.000. Jika dengan menggunakan laptop tersebut Anda bisa bekerja dan mendapatkan gaji Rp 1.000.000 per bulan, maka payback period investasi laptop Anda hanya 3 bulan.
Cara menghitung payback period sebenarnya cukup mudah. Anda tinggal membagi biaya yang harus Anda keluarkan untuk investasi dan pendapatan yang bisa Anda dapatkan atas investasi tersebut setiap bulannya.
Dalam contoh laptop di atas, biaya yang perlu Anda keluarkan untuk membeli laptop adalah sebesar Rp 3.000.000 dan pendapatan yang bisa Anda peroleh setelah menggunakan laptop tersebut adalah sebesar Rp 1.000.000 per bulan. Untuk menghitung payback period, Anda tinggal membagi Rp 3.000.000 dengan Rp 1.000.000.
Konsep payback period cukup sederhana. Akan tetapi jika diterapkan untuk investasi, seringkali konsep sederhana ini akan menjadi lebih rumit. Sebab, pendapatan investor tidak hanya diperoleh dari dividend tetapi juga capital gain. Selain itu, seringkali investor juga membeli instrumen investasi berkali-kali di saat harga berbeda.
Kekurangan dari payback period adalah rumus penghitungan periode ini sangat sederhana. Dalam rumus tersebut, belum ada variabel-variabel berikut:
Sebagai contoh, Anda bisa jadi berinvestasi pada proyek pembangunan real estate pada sebuah perusahaan kontraktor. Anda pikir dana sebesar 100 juta yang telah Anda investasikan akan bisa balik modal dalam 10 tahun ke depan. Namun kenyataannya, akibat pandemi covid19 (force majeure), pembangunan real estate tersebut terhambat hingga 2 tahun. Tentu perkiraan Anda akan payback period ini meleset.
Misalnya, uang 10.000 pada tahun 2010 bisa untuk membeli 1 piring nasi goreng dan 1 gelas es teh, namun uang 10.000 pada tahun 2021 hanya bisa untuk membeli 1 piring nasi goreng. Hal ini menunjukkan bahwa harga nasi goreng pada tahun 2021 lebih mahal daripada harga nasi goreng tahun 2010.
Dalam investasi, adanya inflasi ini mempengaruhi daya beli investor terhadap produk investasi. Apabila nilai suku bunga yang ditawarkan produk investasi tersebut lebih rendah daripada inflasi, tentu investor akan memilih membelanjakan uangnya sekarang, alih-alih berinvestasi karena uang 10.000 tahun ini bisa dibelikan lebih banyak hal daripada uang 10.000 satu tahun ke depan (time value of money).
Oleh karena itu, menurut penulis, payback period hanya akan berfungsi maksimal saat perencanaan investasi. Ketika investasi telah berjalan, alangkah investor menghitung imbal balik investasi menggunakan rumus yang lebih advance lagi seperti Net Present Value (NPV) atau Internal Rate of Return (IRR).
Baik Net Present Value (NPV) atau Internal Rate of Return (IRR) telah memasukkan unsur tingkat suku bunga, inflasi dan perkiraan risiko. Meskipun bisa jadi tidak 100% benar, penghitungan matematis dalam investasi tetap dibutuhkan untuk meminimalisir risiko.
Harga Batu Bara Acuan (HBA) yang dipatok oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)…
International Monetary Fund (IMF) dan Bank Dunia sekilas terlihat sama karena keduanya adalah lembaga keuangan…
Kegiatan suatu perusahaan tentu akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan sekitarnya. Untuk mengurangi dampak tersebut, perusahaan…
Investasi properti dan real estate merupakan salah satu investasi yang menarik karena menawarkan return yang…
Pengertian Big Mac Index Pernahkah Anda membayangkan perbandingan antara dua mata uang asing? Seperti antara…
Investasi tanah masih menjadi idaman banyak orang mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan. Terkadang hal ini…